Mohon tunggu...
Mufty Said
Mufty Said Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tutup mulut mu dan abadikan dalam tulisan mu!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Keluh Rindu

4 Juni 2010   13:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:44 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika kemarau tak memberi harapan pasti pada bulir padi yang menanti, biar tandus tanah yang kering ku pijak tegap mengerti. Mengerti jika menunggu itu hanyalah masalah waktu, waktu tuk meyakinkan diri bila kaulah yang sejati.

Ku masih disini, di 364 hari yang hampir terlewati. Hanya bunyi jangkrik di penghujung hari musim kemarau yang saling melantunkan rindu setia menemani. Ku buka lagi goresan tangan mu yang masih tersimpan rapih, dan tetap sama, tak ada yang berubah.

Wahai kekasih, wahai sahabat hati, mungkin kita telah menemukan jalan yang berbeda. Jalan menuju cita akan arti hidup yang sebenarnya. Jikalau memang dalam jalan mu itu aku lah yang kau cari, percayalah aku pun begitu. Jalan berbeda boleh jadi tak apa jika memang satu tujuan, barang kali jalinan simpul sahabat kala itu adalah persimpangan akan pertemuan jalan kita berdua.

Sampai bertemu lagi di persimpangan yang lain, di empat tahun itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun