Di suatu desa kecil, hiduplah seorang anak yang bernama faisal dia baru pertama kali mempunyai burung yang diberikan oleh orang tuanya dan dia sangat menyangi burung itu, Anak itu memberi makan burungnya tepat pada pukul enam pagi dan setiap kali dia datang ia mengeluarkan suara siulan. Awalnya burung itu tidak menghiraukan bunyi siulan itu, mereka hanya fokus pada makanan yang di berikan. Namun, seiring berjalannya waktu, faisal menyadari bahwa burung itu merespons suara siulan itu sebelum makanan tiba. Saat suara siulannya berbunyi, burung itu merespons dengan turun ke bawah dan sambil berkicau juga. Fenomena ini membuat faisal penasaran.
faisal yang ingin tahu memutuskan untuk melakukan eksperimen, ia mengulang proses itu setiap hari dan selalu mengiri saat memberi makanan dengan suara siulan. Dalam beberapa minggu burung itu tidak hanya menunggu makanan, tetapi juga menunjukan tanda-tanda lapar hanya dengan mendengar suara siulan. Faisal mulai penasaran dan mencari tau terkait ekperimennya dan dia menemukan bahwa eksperimen itu berkaitan erat dengan teori pengkondisian klasik dari Ivan Pavlov dan ia memahamibahwa suara siulan berfungsi sebagai stimulus yang awlnya netral, setelah beberapa kali di pasangkan dengan makanan stimulus tidak terkondisikan, suara siulan itu menjadi pemicu respon lapar pada burung.
Dengan mengetahui pemahaman ini, Faisal mulai menerapkan konsep pengkondisian klasik dalam kehidupan sehari-harinya. Ia mulai mengajarkan burungnya beberapa trik sederhana, seperti duduk atau berputar dengan menggunakan suara siulan sebagai isyaratnya . Hasilnya sangat memuaskan burung itu tampak lebih aktif dan responsif  sampai nurut sekali, sempat di latih juga di luar kandangnya dan burunnya bisa mengikuti gerakan dengan hanya suara siulan itu dan tidak lepas juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H