Sejak pasar dipenuhi sajak iklan,
reklame berbaling
entah ke mana kampung lesap angan?
Berebut atap, tidak terasing
Sebagiannya pada dunia berlari
Sebagiannya pada diri sendiri
Sebagian kita memuja malam gairah
Rebah membalas penat sepekan lelah
Sebagiannya mengakrabi resah
Rubuh mengurut urat yang digurat jengah
Sejak kampung memindahkan sunyi
dibawanya pulang
Pesta subuh
minggu pagi
Tak ada yang benar-benar ditinggalkan
Setelah senyap dibungkus rapi
tisu berserak dan remahan roti
Satu persatu sepatu kaca tertinggal
Si pemilik pulang dan merapikan bekal untuk ke ladang
Ke gunung
Ke tegalan
Ke pasar
Terminal atau ruang jawatan sederet selasar
Mereka yang terus menjalar dari subuh ke petang,
Malam dan pagi
Meretas mantra Â
Mengusir jengah kotak hari
Pada malammu
Pada malamku
Atau entah kapan jam
Memilih lesu
Pestamu menyadur sunyi
Pestaku lipat sembunyi
Dengkur tanpa nyayi
Berlepit-lepi
Berebut mufakat
Kampung menubuh kota jingkat berjingkat
Tumpahan catatan penuh terkepung
Memahat kampung diseberang ingatan
Langsa, Januari 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI