Mohon tunggu...
Muflih Saifuddin
Muflih Saifuddin Mohon Tunggu... -

Menyukai dunia pertanian,politik, dan soshum

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Nonton Bola Saja Kok Susah

8 April 2013   19:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:30 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1365423715772273995

Dear Ibu pertiwi,

Indonesia boleh bangga PSSI akhirnya tidak terkena sanksi oleh FIFA. Sepakbola indonesia kembali menghirup udara segar setelah bebas dari segala sanksi. PSSI pun berbenah, penyatuan liga pun tampaknya bukan isapan jempol belaka. Ya, ISL (Indonesia Super League) adalah kasta tertinggi kompetisi sepakbola di negeri ini yang menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat, hingga pelosok negeri pun menjadikan tempat tersendiri.

Hingar bingar ISL tidak pula bisa dinikmati semua warga. Nyatanya warga pelosok yang notabene juga penggila sepakbola dalam negeri yang tidak terjangkau UHF atau katakanlah tidak mampu untuk membeli saluran berlangganan (TV kabel). Hingga akhirnya mereka hanya menggerutu dan memaki Tvnya karena tidak bisa menonton acara kesayangannya, sepak bola. Dan mereka-pun tidak tahu siapa yang harus disalahkan.

Ironi memang, ketika menonton bola yang menjadi kebanggan negeri sendiri tidak bisa. Padahal, kalau boleh dibilang hanya sepakbola-lah yang saat ini mampu menyatukan nasionalisme bangsa ini. sepakbola di Indonesia adalah pemersatu bangsa. Sudah tidak diragukan lagi. Lalu kepada siapa kita mengadu?

“susahnya menonton bola di tv ya..”, itu kiranya yang diungkapkan para warga pelosok yang tidak menikmati saluran lewat UHF, dan jika mereka mengunakan parabola digital hanya muncul lambang $ dilayar saat siaran bola dimulai. Apakah itu arti kapitalisme dalam penyiaran ($)?

Indonesia punya pemerintah kok, punya regulasi kok, pengusaha pertelevisian juga kaya-kaya kok, kenapa nonton bola saja susah? Sebenarnya yang keliru ini ada dimana? Haruskah rakyat kecil yang jadi korban? Korban demi uang? Demi kekayaan? Jika mereka teriak berkali-kali membela rakyat kecil, jadi sebenarnya rakyat kecil mana yang dibela?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun