Mata kuliah Penulisan Public Relation siang ini cukup ramai. Seluruh kepala dikelas berpusing meng-inventarisir seputar kendala menulis yang dialami. Nggak tanggung-tanggung, 15 kendala menulis tercatat besar-besar di papan tulis depan kelas.Â
Sesaat kemudian, dimulailah sesi diskusi bersama Bu Ajeng, dosen mata kuliah Penulisan PR, yang mengaduk-aduk dan 'meledakkan' pikiran. Diskusi berlangsung seru dan meriah. Namun, sejenak kemudian ingatan Saya melambung pada diskusi sejarah keilmuan abad pertengahan yang membuat Saya malu dan termenung.Â
Suatu pagi, sejarahwan abad kesembilan, Ibnu Jarir at-Thabari, sedang duduk dihadapan para muridnya. Seperti biasa, forum ilmunya ramai dikunjungi. Namun, hari itu Thabari membuat sesuatu yang berbeda. Ia menantang para kolega dan muridnya, "Mari kita menulis buku sejarah dari Nabi Adam hingga saat ini, setebal 30.000 halaman". Para murid dan koleganya tercengang.Â
Tantangan ini tidak dapat dijawab oleh murid dan kolega Thabari, dan akhirnya ditanggapi oleh Thabari sendiri. Setelah menyelesaikan buku tarikh (sejarah)-nya, Thabari berkata, "Innalillah, telah mati semangat menulis." Ia menyelesaikan magnum opusnya, Tarikh at-Thabari, yang diringkasnya menjadi 3.000 halaman, dari target semula 30.000 halaman.Â
Thabari tidak hidup di masa yang dipenuhi dengan teknologi cetak dan digital yang memudahkan manusia menulis seperti saat ini. Bayangkan, Thabari adalah penulis abad kesembilan, dengan tinta yang terpisah dari pena bulu. Dahulu, kertas adalah barang mahal, yang ukurannya masih tebal. Thabari menulis siang, dan malam hari hanya dengan penerangan seadanya.Â
Hari ini, mahasiswa/i beradu canggih memamerkan gadgetnya. Smartphone dan laptop menjadi hiasan sehari-hari di ruang kelas. Namun, beradu canggih dengan teknologi di masa Thabari, berapa banyak karya yang telah dihasilkan oleh para mahasiswa? Atau berapa banyak halaman yang telah ditorehkan karya besar berkualitas?Â
Saya terbangun dari termenung. Semanja itukah kami, yang mengeluh ketika diminta menulis, padahal berbagai fasilitas dan kemudahan hadir ditengah-tengah kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H