Mohon tunggu...
Mufi Dini
Mufi Dini Mohon Tunggu... Jurnalis - Rasa Aksara

Rasa aksara untuk wawasan kita semua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sleep Paralysis, Si Tamu Tidur yang Mistis

15 September 2020   11:10 Diperbarui: 15 September 2020   11:23 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sleep paralysis, istilah yang pasti secara disengaja ataupun tanpa disengaja pernah masuk ke telinga Anda. Di Indonesia, istilah sleep paralysis cenderung jarang digunakan oleh masyarakat. Istilah yang seringkali dipakai adalah istilah 'ketindihan'. Dilansir dari laman internet www.halodoc.com, menurut The American Sleep Disorder Association (1990), ketindihan atau sleep pralysis adalah keadaan transisi yang terjadi ketika seseorang mengalami kelumpuhan sementara untuk bereaksi, bergerak, atau berbicara ketika tertidur (hypnagogic) atau saat bangun dari tidur (hypnopompic). Sleep paralysis ditandai dengan kondisi tubuh yang sulit digerakkan saat tidur. Selain itu, dalam fenomena tersebut tak jarang disertai dengan beberapa mimpi yang sarat akan hal mistis.

Gejala utama saat mengalami gangguan ini adalah tubuh tidak bisa digerakkan sama sekali, sementara pikiran kita sudah setengah sadar. Hanya bagian mata sudah dapat berfungsi. Gejala selanjutnya adalah dada akan terasa sesak dan sulit bernapas. Selain itu, tak jarang juga disertai dengan mimpi-mimpi yang tidak masuk akal dan bisa dibilang cukup menakutkan. Sehingga, beberapa orang pun berspekulasi bahwa ketindihan sangat erat kaitannya dengan hal mistis.

Tak lengkap rasanya jika hanya membahas mengenai definisi dan gejala sleep paralysis. Ada beberapa penyebab tubuh mengalami fenomena kelumpuhan tidur ini. Penyebab yang pertama yaitu kurang tidur. Bahkan seorang dokter medis spesialis gangguan tidur di Indonesia, Dr. Andreas Prasadja, menyatakan bahwa sleep paralysis yang dialami merupakan tanda bahwa sebenarnya tubuh kekurangan tidur. Penyebab lainnya adalah adanya gangguan kejiwaan. Hal ini berdasarkan pada penelitian yang telah ada. Penelitian tersebut menyatakan bahwa orang dengan gangguan jiwa, utamanya skizofrenia, akan sering mengalami gangguan tidur ini.

Proses apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh saat mengalami gejala sleep paralysis? Hal ini berkaitan dengan fase tidur pada manusia. Ada 4 fase tidur manusia. Pertama, yaitu fase NREM  (non-rapid eye movement) tipe 1, dengan ciri-cirinya yaitu, mata akan bergerak perlahan disertai dengan kerja otot akan semakin menurun. Fase kedua  yaitu fase NREM 2 (fase persiapan) . Pada fase kedua ini, gerakan bola mata berhenti, detakan jantung mulai melambat, serta tubuh mengalami penurunan suhu. Fase selanjutnya yaitu fase NREM 3 (fase tidur lelap) , yang ditandai dengan gelombang otak semakin menurun serta tubuh akan rileks. Poin keempat atau fase terakhir tidur manusia yaitu fase REM (rapid eye movement). Karakteristik fase ini adalah, mata akan bergerak cepat disertai dengan nafas semakin pendek. Selain itu, gelombang otak sama seperti saat sudah bangun. Ketindihan sendiri terjadi akibat tubuh tiba-tiba terbangun ditengah-tengah fase tidur tadi. Lebih tepatnya, pada fase REM. Di fase tersebut terdapat fenomena bunga tidur atau bermimpi. Sehingga, tidak menutup kemungkinan halusinasi tercipta saat mengalami ketindihan. Tak heran jika banyak bermunculan rumor bahwa ketindihan berkaitan dengan hal mistis. 

Jadi, pada dasarnya sleep paralysis atau ketindihan sendiri sebenarnya bukan merupakan hal yang mistis. Sleep paralysis juga bukan merupakan masalah kesehatan yang serius. Ada beberapa cara untuk menghindari sleep paralysis. Cara pertama yakni dengan selalu menjaga pola tidur. Selain itu, menghindari minuman beralkohol juga ikut andil dalam mencegah fenomena mengerikan ini. Sekian pembahasan mengenai sleep paralysis. Semoga menambah wawasan. Terimakasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun