Mohon tunggu...
mufidah khansa
mufidah khansa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Membaca novel, mendengar musik // Siswa SMPN 7 Depok

Selanjutnya

Tutup

Music

Di Balik Makna Lagu " Beranjak Dewasa"- Nadin Amizah

16 Oktober 2023   23:08 Diperbarui: 16 Oktober 2023   23:15 1446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pada perayaan ulang tahun ke-20, Nadin Amizah merilis album bertajuk 'Selamat Ulang Tahun'. Salah satu lagu dalam album tersebut adalah 'Beranjak Dewasa'.

Beranjak dewasa menceritakan tentang pendewasaan, yakni bertambahnya usia yang sejalan dengan berkurangnya sisa usia. Terlepas dari permasalahan orang dewasa pada umumnya, lagu ini cocok dijadikan pengingat tentang kehidupan

Sebelum kita menggali makna lagu ini lebih dalam, mari kita cari tau terlebih dahulu apa itu dewasa? Ada beberapa teori yang saya temukan mengenai dewasa, salah satunya yakni teori Hurlock, bahwa dewasa awal yakni masa peralihan dari masa remaja menjadi dewasa dengan periode dewasa awal yakni dari usia 18 sampai 40 yang ditandai dengan pencarian identitas diri. Namun, jika kita berbicara tentang dewasa, menurut saya dewasa merupakan hal yang konstan dan membutuhkan proses, sehingga tidak sedikit di sekitar kita seseorang yang usianya masih di bawah 18 tahun sudah terlihat dewasa dan sebaliknya, banyak juga seseorang yang usianya di atas 18 tahun tapi tidak terlihat dewasa sama sekali.

Lagu ini diawali dengan kalimat “Pada akhirnya ini semua hanyalah permulaan", kalimat tersebut merupakan sebuah kalimat konklusi (kesimpulan) yang biasanya dapat kita temukan pada bagian penutup suatu paragraf, cerita, atau bahkan lirik lagu. Namun, Nadin Amizah memilih untuk meletakkan kalimat penutup ini di awal lirik lagu nya. Kira-kira kenapa ya?

Hal tersebut menyiratkan bahwa kalimat kesimpulan yang diletakkan di awal lirik lagu tersebut merupakan inti pesan yang ingin disampaikan melalui lagu tersebut. Nadin tidak membahas awalan, penyebab, atau konflik apapun dalam lagu tersebut, melainkan beliau hanya membahas kesimpulan atas apapun alasannya dan apapun konfliknya akan berakhir dengan satu penyelesaian. Namun meskipun demikian, itu semuanya akan menjadi sebuah permulaan yang baru. Sebab, semua akhir dari suatu apa pun adalah permulaan untuk hal lainnya.

Kemudian lirik selanjutnya adalah “Pada akhirnya kami semua berkawan dengan sebentar. Berbaring tersentak tertawa. Tertawa dengan air mata. Mengingat bodohnya dunia dan kita yang masih saja berusaha”

Seiring beranjaknya usia di masa muda, kita akan bertemu dengan yang namanya quarter life crisis yang merupakan fenomena yang tidak jarang dilalui anak muda. Krisis identitas yang terjadi karena ketidaksiapan seseorang yang terjadi saat proses transisi dari masa remaja ke masa dewasa.

Ironi hidup mengenai hal tersebut, tertuang dalam lirik bagian “tertawa dengan air mata” di mana kita merasa harus selalu terlihat bahagia dengan tertawa meskipun di balik itu semua kita menangisi kehidupan bodoh yang kita jalani. Namun meskipun begitu, kita tidak menyerah dan tetap berusaha menjalani dan mengubah kehidupan yang tampak bodoh menjadi lebih baik.

Lagu ini merupakan kritik sosial. Sesuai dengan liriknya “Kita beranjak dewasa jauh terburu seharusnya. Bagai bintang yang jatuh jauh terburu waktu”. Benar bukan? Kita sebagai generasi muda memang beranjak dewasa jauh lebih cepat, lebih terburu dari yang seharusnya. Beban moral yang diberikan kepada generasi muda terlalu besar, terutama jika ditambah tanpa adanya dukungan dan tidak jarang ditambah dengan bumbu drama perebutan kekuasaan oleh para orang tua.

Belum lagi kesenjangan sosial, kesenjangan ekonomi, kesenjangan pendidikan, kesenjangan akses sarana dan prasana, kesenjangan penegakkan hukum dan masih banyak lagi kesenjangan hidup lainnya yang terjadi dan generasi mudalah yang diberikan beban di pundaknya untuk mengubah itu semua yang jika kita telaah terkadang generasi tua pun tidak memberikan generasi muda ruang yang cukup untuk menyalurkan pendapat dan idenya. Sehingga tidak heran kesenjangan-kesenjangan tersebut sudah memakan banyak korban. Dengan mengingat satu kesenjangan saja, kesenjangan ekonomi misalnya, jutaan anak di Indonesia tidak bisa menikmati masa kanak-kanaknya. Hal itu dikarenakan mereka hidup di bawah garis kemiskinan sehingga tidak memiliki wakyu untuk bermain dengan teman sebayanya karena mereka harus memanfaatkan waktu mereka untuk bekerja.

Lirik selanjutnya adalah “Mati lebih cepat. Mati lebih cepat”. Lirik tersebut diulang dua kali yang berarti sebuah penekanan dan penegasan. Nadin Amizah seperti ingin menekankan bahwa hal tersebut bukan sekadar kemungkinan tetapi bisa menjadi sebuah kepastian. Bentuk kematian tidak selalu tentang hilangnya nyawa dari jasad, melainkan bisa berbentuk kematian ide, kematian karakter, kematian mental , atau bahkan kematian hasrat untuk berkarya. Tidak sedikit generasi muda yang mati lebih cepat di Negara ini. Tak hanya di Indonesia, melainkan di belahan dunia lain juga seperti ini. Entah mati karena depresi, bunuh diri, atau karena dibunuh demokrasi kita tidak ada yang tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun