Mohon tunggu...
mufida rahma
mufida rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - tetap sehat

Mufida Rahma 21107030033 Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memaafkan: Mengingat Kembali dari Bingkai Baru

11 Juni 2022   07:22 Diperbarui: 11 Juni 2022   07:24 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permintaan maaf dan pengampunan yang tulus membawakan damai bagi yang meminta dan memberikan. Sebuah pengampunan bisa sangat menyembuhkan, sehingga sudah tidak heran lagi bagi sejumlah kultur dan kepercayaan didunia memiliki hari khusus dimana seluruh orang saling memaafkan. Sebuah perayaan pengampunan seperti paskah, idul fitri, kshamavani, yom kippur, dan masih banyak lagi. 

Dari segi ilmu psikologi pengampunan adalah ketika seseorang mengambil keputusan secara sadar dan sengaja untuk melepaskan perasaan dendam atau kebencian terhadap seseorang atau kelompok yang telah menyakitinya terlepas dari apakah mereka benar-benar pantas mendapatkan pengampunan atau tidak. Pengampunan juga berarti dengan belas kasih melepaskan keinginan untuk menghukum seseorang atas suatu kesalahan. Pengampunan berdampak positif bagi yang memberi dan menerima. Ketika kita memafkan seseorang kita melepaskan diri dari dendam dan amarah, memborgol energi negatif. Seorang peneliti yaitu Fred Luskin mengatakan: 

"ketika seseorang memendam amarah dan kebencian tubuhnya akan mengeluarkan hormon kordisolden adrenalin. Hormon yang membuat seseorang cemas dan stress". Dalam sebuah studi juga menjelaskan amarah yang luar bisa dapat menyebabkan resiko penyakit jantung, namun sebaliknya pengampunan yang menyehatkan mental, menggembirakan hati, menenangkan hati dan membuat kita lebih terhubung dengan sekitar. Apakah memaafkan berarti melupakan segala kesalahan yang pernah terjadi? para ahli yang mempelajari dan mengajarkan pengampunan menekankan bahwa memaafkan bukan berarti mengabaikan, melupakan, atau bahkan menyangkal keseriusan perlakuan buruk orang lain terhadap kita. Atau bahkan menganggap kesalahan yang terjadi bukanlah apa-apa. 

Pengampunan juga bukan berarti kita harus berdamai dengan orang yang telah merugikan kita, atau melepaskanny dari pertanggungjawaban hukum. Kita bisa memaafkan disaat yang sama mengakui trauma yang kita alami sangat buruk dan nyata. Memaafkan bukan menghapus masa lalu yang pahit tetapi mengingat kembali luka itu dengan bingkai baru, yang akan membawa kita pada kondisi hati yang lebih baik. Contohnya ketika masa kecil kalian sering dipukuli oleh orang tua, setiap mengingat peristiwa itu hati kalian terluka dan untuk memaafkannya kalian bisa mengingat dan menjadikan pengalaman sulit tersebut sebagai pelajaran untuk tidak mengulang kesalahan yang sama menjadi orang tua yang hadir dan mampu mendidik andak-anak anda dengan bijaksana. 

Namun, hal itu memang membutuhkan kesadaran penuh dalam mengubah luka menjadi motivasi kearah lebih baik. Kita harus melatih terus kesadaran hal ini, agar terbiasa melakukan pengampunan terhadap orang disekitar. Manusia adalah makhluk yang sangat tidak sempurna, sebaiknya kita mudah memaafkan. Karena dalam perjalanan hidup kita akan sering dan terbiasa dalam saling memaafkan. Dalam suatu proses pengampunan tidak selalu terdapat permintaan maaf dari dia yang bersalah karena berbagai alasan. Karena malu tapi gengsi, khawatir terlihat lemah atau bodoh, bahkan karena seseorang itu tidak paham dengan kesalahan yang telah diperbuat. Ketika situasi dan kondisinya seperti itu, kita masih bisa memaafkan. Karena pada akhirnya ketika kita mengampuni, kitalah yang akan merasakan manfaat paling besar, tercapai damai dalam diri. Pengampunan yang tulus membebaskan kita dari perasaan negatif agar bisa melanjutkan hidup dengan tenang disisa waktu yang ada. Perlu adanya proses dimana kita mengakui sebuah amarah, merasakan sakitnya, memahami luka itu, hingga akhirnya sampai dalam pengampunan. Berikut ini 4 cara memberikan pengampunan yang dapat kalian coba menurut psikolog Robert Enright:

1. Singkap dan pahami amarah dengan menyelusuri akarnya. Menulis surat kepada orang yang menyakiti kita adalah salah satu cara yang ampuh dalam proses memaafkan seseorang, Jikapun kita akhirnya tidak mengirimkan surat ini, sebuah proses menulis ini akan membantu dalam menjernihkan pikiran kita sendiri. 

2. Memaafkan adalah sebuah keputusan. Kita dapat memilih untuk memaafkan kapan saja dan dimana saja, karena sejujurnya memendam atay mengabaikan amarah tidak membuat hati tenang bukan? memaafkan dapat mmebantu kita maju dari trauma yang berpotensi untuk memborgol kita pada masa lalu. 

3. Melihat orang yang menyakiti kita dengan kacamata belas kasih. Menumbuhkan pengampunan dengan melihat orang yang telah menyakiti kita dengan kaca mata belas kasih, kita dapat merenungkan apa akar dari kelakuan yang berujung menyakitkan ini. Apakah memang karena niat jahat atau karena sebuah doroangan dari situasi atau luka dalam hidupnya.

4. Renungkan bagaimana kita telah tumbuh. Melepaskan emosi yang membahayakan kesehatan kita dengan cara merenungkan bagaimana kita telah tumbuh dari pengalaman menyakitkan itu dan dari sebuah pengampunan itu sendiri. Pengampunan itu adalah proses, kita mungkin tidak akan pernah bisa memaafkan dia yang telah menyakiti kita sepenuhnya. Namun hal itu bukan menajdi sebuah masalah, karena hal itu jauh lebih baik daripada tidak mecoba sama sekali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun