Mohon tunggu...
Mudzakkir Harun Alrasyid
Mudzakkir Harun Alrasyid Mohon Tunggu... Guru - Guru SDIT MU Cinere Depok
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mudzakkir Harun Alrasyid mulai bergabung mengajar di SDIT Miftahul Ulum Cinere Depok Jawa Barat tahun 2003. Untuk keempat kalinya menulis buku tentang best practice dan motivasi. Demak Kota Wali Jawa Tengah adalah tempat kelahirannya. Zodiaknya Leo bagi yang ingin tahu bulan lahirnya. Anak terakhir dari jumlah enam bersaudara. Kurikulum adalah pekerjaan utama dan jabatannya saat ini Keahliannya menulis puisi dan menjadi juri literasi tingkat kota Depok. Ikut serta diamanahkan sebagai tutor PGSD Univesitas Terbuka di hari Sabtu dan Minggu. Ramaikan guru penggerak angkatan 8 kota Depok.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Penasaran dengan Wafer?

24 Januari 2024   07:25 Diperbarui: 24 Januari 2024   07:37 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Setelah beberapa saat  artikel yang berjudul Saatnya Mager Menjadi Wafer dipublikasikan di kompasiana.com, sahabat saya (Pak Novaldi) memberikan respon sangat positif dan memberikan acungan jempol. Keren dan menggugah semangat kepada pembaca untuk tidak lagi malas gerak (mager) karena berdampak terhadap kemunduran diri, ujar Pak Novaldi.

Sesungguhnya wafer bisa dikatakan termasuk keluarga biskuit. Wafer awalnya hanya tumpukan berlapis-lapis. Sebagai cemilan yang sangat populer di abad ini, wafer punya sejarah yang sangat panjang. Ternyata makanan ringan ini sudah berkelana keliling dunia sejak abad ke-7 di Belanda. Untuk pertama kali seorang koki kreatif di Belanda menyajikan hidangan pembuka yang gak lazim. Kue itu dipanggang dalam bentuk dan cara spesial hingga teksturnya luar biasa renyah. Cemilan ini disebut "waffle" yang artinya kue renyah sebagai cikal bakal wafer. Karena panganan ini begitu enak, sedkit demi sedikit wafer mulai dikenal dan muncul di negara-negara lain (sejarah singkat wafer ya..)

Kembali lagi ke cerita Pak Novaldi. Ketika Pak Mudz (panggilan akrab saya) menulis kata wafer pastilah yang terbayang kelezatan dan kenikmatan saat memakannya. Namun ternyata karakter wafer yang dimaksud adalah sebuah kenikmatan atas kelelahan hidup yang harus dilalui dan diperjuangkan. Terbayang dengan jelas ketika sang ayah, sang bunda, dan orang tua yang diceritakan dalam artikel tersebut benar-benar menemukan kenikmatan usai berlelah-lelah berjuang, ujar beliau.

Pak Novaldi menawarkan satu akronim WAFER yang ditulis saat itu pula ketika usai membaca artikel Saatnya Mager Menjadi Wafer. Menurut saya akronim yang dibuat sangat keren dan luar biasa.

 W alau lelah, tetaplah terus melangkah. A baikan segala bisikan yang membuat kamu malas berbuat kebaikan. F okus dengan tujuan dan cita-cita hidupmu. E kspresikan dirimu sesuai dengan kesukaan dan kemampuanmu dan R asakanlah, satu persatu impianmu akan segera terwujud.

Keren bukan?

Terima kasih Pak Novaldi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun