Mohon tunggu...
Mudzakkir HA
Mudzakkir HA Mohon Tunggu... Guru - Guru SDIT MU Cinere Depok

Guru yang selalu belajar dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seragam Sekolah: Estetika dan Jati Diri Bangsa

19 April 2024   06:20 Diperbarui: 19 April 2024   06:53 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri

Seragam Sekolah: Estetika dan Jati Diri Bangsa

Baru-baru ini, kebijakan tentang seragam sekolah di Indonesia kembali menjadi perbincangan hangat. Di media sosial beragam protes dari warganet mulai dari pedagang seragam yang akan mengalami kerugian besar karena sudah banyak stock seragam sampai seorang ayah yang harus bingung menyiapkan seragam baru buat keempat anaknya.

Kebijakan ini dipicu oleh pernyataan dari salah satu pejabat di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang menginformasikan tentang adanya aturan baru terkait seragam sekolah. Namun, informasi tersebut kemudian diklarifikasi oleh Kemendikbudristek bahwa tidak ada aturan baru mengenai seragam sekolah untuk tahun 2024. Aturan yang masih berlaku adalah Permendikbudristek No. 50 Tahun 2022, yang di mana sekolah tidak boleh mewajibkan orang tua atau wali murid untuk membeli seragam baru setiap kenaikan kelas maupun saat penerimaan kkkk baru.

Meskipun tidak ada aturan baru, isu seragam sekolah selalu menarik untuk dibahas karena menyangkut berbagai aspek, seperti:
1. Kesetaraan dan Diskriminasi:
Seragam sekolah dianggap dapat mempromosikan kesetaraan di antara siswa, dengan menghapus perbedaan latar belakang sosial ekonomi.
Di sisi lain, beberapa pihak berpendapat bahwa seragam sekolah dapat menjadi alat diskriminasi, terutama bagi siswa yang beragama atau memiliki budaya tertentu.

2. Kreativitas dan Ekspresi Diri:
Seragam sekolah dianggap dapat membatasi kreativitas dan ekspresi diri siswa.
Pendukung seragam sekolah berargumen bahwa seragam dapat membantu siswa untuk fokus pada belajar dan tidak terpengaruh oleh tren fashion.

3. Biaya dan Beban Orang Tua:
Biaya seragam sekolah bisa menjadi beban bagi orang tua, terutama bagi keluarga kurang mampu.
Aturan yang melarang mewajibkan pembelian seragam baru diharapkan dapat meringankan beban orang tua.

4. Identitas Sekolah dan Budaya:
Seragam sekolah dapat menjadi simbol identitas sekolah dan budaya.
Beberapa sekolah memiliki aturan seragam yang lebih longgar untuk mengakomodasi keragaman budaya dan agama.

Polemik seragam sekolah ini menunjukkan bahwa tidak ada solusi yang mudah dan semua pihak perlu mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait. Keputusan tentang seragam sekolah harus dibuat dengan mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi semua pemangku kepentingan, termasuk siswa, orang tua, guru, dan pihak sekolah.
Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun