Problematika dakwah saat ini berkaitan dengan rintangan dan tantangan dalam berdakwah. Rintangan dakwah meliputi keterbatasan dari para dai baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Selain itu, juga terdapat keterbatasan dalam media dakwah, waktu, dan lokasi dakwah yang beragam. Rintangan lainnya adalah terkait dengan dana yang dibutuhkan dalam melaksanakan dakwah. Oleh karena itu, diperlukan manajemen dakwah yang baik untuk mengatasi hal tersebut.
Sementara itu, tantangan dalam berdakwah melibatkan upaya besar yang harus dilakukan oleh para dai dan mitra dakwah. Tantangan tersebut dapat diatasi dengan mencari cara baru atau melihat dari sudut pandang yang berbeda untuk berdakwah di era sekarang.
Sebagai contoh, jika seorang dai mengalami keterbatasan dalam media dakwah, dia dapat mencari cara alternatif seperti memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan pesan dakwahnya. Atau jika terdapat keterbatasan dana, dai dapat bekerja sama dengan mitra dakwah atau menggalang dana melalui crowdfunding.
Dengan memahami rintangan dan tantangan dalam berdakwah, para dai dapat mencari solusi yang tepat dan efektif untuk tetap menyebarkan ajaran agama dengan baik di tengah masyarakat.
Problematika dakwah saat ini terjadi seiring dengan masuknya era disrupsi yang sulit diprediksi. Era disrupsi adalah saat terjadi perubahan besar dalam teknologi informasi dan digital yang mempengaruhi banyak orang. Contohnya, ada orang yang mulai meragukan keyakinannya, mengabaikan aturan agama, dan perilaku moral yang semakin merosot tanpa diketahui siapa yang bertanggung jawab.
Para pendakwah terkejut dengan semakin maraknya judi online yang mencapai total transaksi 600 triliun. Di era disrupsi ini, pelaku judi tidak terlihat secara langsung, transaksi dilakukan secara online, dan bandar judi beroperasi di tempat yang tidak diketahui. Namun, dampak negatifnya sangat nyata, seperti orang yang kalah judi kemudian putus asa dan melakukan tindakan bunuh diri.
Untuk mengatasi masalah dakwah di era disrupsi, para pendakwah dan mitra mereka harus memahami literasi digital dakwah. Literasi digital dakwah adalah kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan media digital untuk menyebarkan dakwah. Contohnya, menggunakan internet sebagai media untuk berdakwah atau membuat konten dakwah di media sosial.
Dengan memahami literasi digital dakwah, para pendakwah dapat mengatasi tantangan yang ada dan tetap efektif dalam menyebarkan pesan dakwah di era disrupsi ini.
Penjelasan mengenai teks di atas adalah tentang pentingnya memaksimalkan penggunaan grup dakwah untuk menyebarkan pesan-pesan utama seperti akidah, syariah, dan akhlak. Seorang dai juga harus terus berkreasi dan berkontribusi di dunia digital agar dakwahnya tetap relevan dan efektif. Dakwah di era disrupsi ini harus terus berjalan tanpa henti karena tantangan dan hambatan datang dengan cepat.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga hubungan baik dengan mad'u online dan memberikan perhatian penuh kepada mereka. Sebisa mungkin, hindari agar tidak ada yang keluar dari grup dakwah karena alasan tertentu. Kita harus waspada terhadap kemungkinan mad'u online terpapar konten yang tidak sesuai dengan pesan dakwah yang ingin disampaikan.
Sebagai seorang dai, penting untuk bisa bertahan dan terus berdakwah di era disrupsi ini. Seorang dai harus selalu mengikuti perkembangan isu-isu terkini dan trending di dunia digital. Solusi yang diberikan juga harus canggih dan terkini.
Dapat disimpulkan bahwa untuk berdakwah di era disrupsi ini, seorang dai harus memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi, akrab dengan dunia digital dan isu-isu yang ada di dalamnya, serta mengadopsi kecerdasan buatan (AI) dalam kegiatan berdakwah..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H