Aku terlahir dengan nama Yeti Tri Maharani.Bapakku seorang seniman jawa yang bertugas sebagai guru di SMKI Surabaya untuk mata pelajaran karawitan,pedalangan,dan sastra jawa.Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga biasa.
Singkat kata aku dibesarkan dari jerih payah bapakku sebagai seorang guru dan seniman.Alhasil aku akhirnya melalui masa SMA ku di SMKI untuk jurusan tari.
Terdidik di SMKI itulah aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke ISI Jogjakarta seperti yang dilakukan kakakku.Bayangan indah sebagai seorang sarjana seni sudah menari-nari dipelupuk mataku.Pastilah yang aku bayangkan adalah ketenaran seperti Didik Nini Thowok atau Bagong Kusudiarjo.
Yahhhhhhh.......ternyata impian tinggalah impian....bapakku tidak sanggup sekolahkan aku ke ISI.Aku hanya dibekali ijasah SMKI."Kalau mau sekolah ya cari duit sendiri"itu kata-kata bapakku.Aku menyerah...akhirnya aku gunakan ijsah seni madyaku untuk cari duit,sebagai penari lepas dan seorang guru tari di sebuah sekolah swasta.
Aku merasa hidupku gagal saat itu.Dan bapakku tahu itu.'Nduk..sekolah dan cari duit itu sama mulianya,tidak ada yang lebih penting atau tidak penting dari keduanya"kata bapakku saat menghibur aku.Perlahan akupun tersadar...dan mulai menjalani hidup cari duit.
Waktupun berjalan...sekarang aku sudah berumur 47 tahun.Menyandang gelar sarjana PAUD.Tetap menjadi seorang pelaku seni.Berkeluarga dan dikaruniai 2 anak.Dan yang terpenting...tidak bisa dipungkiri bahwa bagiku cari duit dan sekolah sama pentingnya.
Kalaupun ada orang yang beranggapan bahwa sekolah sebih penting dari cari duit juga tidak salah.Itu semua adalah pilihan...yang terpenting adalah rasa tanggung jawab yang besar bila harus memilih salah satunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H