Mohon tunggu...
Ryan Ari Rap
Ryan Ari Rap Mohon Tunggu... Penulis - Petani dan Penikmat Kopi, dari Desa untuk Indonesia

Baca. Baca. Baca. Menulis. Menulis. Menulis. Seorang pemuda dari desa nun jauh di kaki perbukitan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, berkecimpung di bidang pemeberdayaan masyarakat dan dunia digital marketing.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tanda Bahaya

7 Mei 2016   22:13 Diperbarui: 7 Mei 2016   22:34 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


sumber gambar: http://faktariau.com

Mulai tulis di sini...
maaf aku tak ingin
Mulai tulis di sini...
baiklah jika kau memaksa

Tanda bahaya tiba-tiba datang, yang muda lupa sejarahnya
museum muram durja, gambar jendra agung tak berdaya
satu dua, tersebar berita jenderal menangis jari tengah di depan mata
lalu bersama-sama menghujani caci maki, puas lalu diam
salah siapa, salah yang mana, salah di mana, tak ada jawabnya
hari esok kembali diam tak ada apa

Lalu, pesan itu datang terlambat, genderang perang kian hebat
Pancasila kehilangan makna, menjadi lelucon maha dahsyat
sederet bebek keluarkan fatwa, selamatkan itik dari bencana
naik darah, memerah, amarah, maaf, lapor, selesai, sudah
sebaiknya memang begitu, santun, duta garuda akhir cerita
siapa kuasa, gugat yang mana, siapa jadi apa, tak ada jawabnya
hari esok kembali tenang tak ada apa

Belum lagi usai, jendral agung murung, sila garuda terkurung
Tanda bahaya kembali mengema, semua mencari asal usulnya
di dapati garuda tak berdaya, tak terselamatkan makna lambang negara
pahlawan tak bisa berbuat apa, ia sama kalah di telan sejarah
satu dua tiga, karnaval caci maki berseliweran mengudara
Salah siapa, mengapa, ada apa dengan kita, mengulang bahaya
pesan tak terbaca, panggilan tak ada jawabnya
Apakah hari esok kembali tenang tak ada apa

Kalau sudah begitu, tegang, tenang dan terulang
ini sudah bahaya, bukan sekedar tanda
salah siapa? salah kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun