Mohon tunggu...
Ryan Ari Rap
Ryan Ari Rap Mohon Tunggu... Penulis - Petani dan Penikmat Kopi, dari Desa untuk Indonesia

Baca. Baca. Baca. Menulis. Menulis. Menulis. Seorang pemuda dari desa nun jauh di kaki perbukitan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, berkecimpung di bidang pemeberdayaan masyarakat dan dunia digital marketing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pohon Tua Masa Kecil Kita

14 Mei 2016   19:28 Diperbarui: 14 Mei 2016   19:32 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.freeimages.com/photo/the-scream-tree-1184044

Pagi. Seperti biasanya pagi. Hanya berbeda sedikit, sebab pagi ini ada kamu yang menemani. Sayangnya hadirmu pun tak menjadikan aku sempurna terbangun dari mimpi episode malam sebelumnya. Sebab tak kutemui secangkir kopi di teras belakang, seperti biasanya.
"Kamu ingat pohon itu" ucap mu. Sembari mengeser kursi kayu dan mendekatkan letak dudukmu di dekatku.
"Pohon itu?" aku menunjuk pohon kecil tepat di seberang kolam ikan koi peliharaan ibu ku.
"Ya pohon kecil itu. Kamu ingat?" Kamu menjawab begitu semangat.
"Ya"
"Ya? Ya apa?"
"Ya, itu pohon jambu" jawabanku membuatmu manyun. Entah mengapa aku tak mengerti. Dan aku memilih diam kau pun begitu. Cukup lama.
"Kau masih merokok?" Matamu yang cantik tajam menusukku. Sebatang rokok yang baru saja terselip di bibirku belum sempat terbakar api aku tarik kembali.
"Ya. Apa aku harus mencari tempat lain?"
"Tidak sebaiknya aku yang pergi"
"Mengapa?"
"Jelas aku tak suka asap rokomu dan ini teras kesukaan mu"
"Baiklah" kau beranjak sedikit marah. Suara gesekan kaki kursi kayu mu dengan lantai teras cukup mengambarkan kejengkelanmu.

Sebatang rokok kembali terselip di bibirku. Kepulan demi kepulan membumbung keudara. Tiba-tiba saja aku kembali teringat pertanyaanmu tadi. Tentang pohon itu. Seingatku pohon itu belum lama berada di seberang kolam. Mungkin dua tahun yang lalu. Lalu apa yang harus kuingat.
"Mikirin apa?" Kau datang dengan tiba-tiba. Rokok ku yang tinggal beberapa isapan lagi segera ku benamkan ke dalam asbak.
"Kenapa kamu matikan? Bukan kah ini yang kamu tunggu" kau dengan anggun meletakan secangkir kopi hitam di meja bundar kecil tepat di sebelah asbak, bungkus rokok dan korep api milikku. Aku diam. Belum menangkap maksudmu.
"Ayo nyalakan lagi rokokmu!"
"Tidak"
"Kenapa? Kamu pernah bilang kalau merokok di temani kopi nikmatnya berlipat ganda"
"Satu batang sudah cukup"
"Tak apa jika kamu ingin satu batang lagi. Aku tak akan pergi" kau tersenyum berusaha meyakinkanku. Antara ragu dan mau, ya sudah ku nyalakan lagi sebatang rokok sepeti yang kau mau. Dan senyummu semakin manis. Manis sekali.
"Enak?" Kau kembali menggeser tempat kursimu berdekatan denganku. Wajahmu tepat di sampingku. Sorot matamu memastikan aku menikmati hisapan rokok ku dan seduhan kopi mu.
"Ya. Emm sepetinya aku mengingat sesuatu"
"Apa?"
"Entah masih buram"
"Apa kamu ada jadwal kuliah hari ini?"
"Sepertinya tidak"
"Lalu apa yang kau ingat"  aku diam. Kamu pun diam. Aku kembali menikmati hisapan terakhir rokok ku.
"Aku ingat sekarang" kau tak menjawab. Kau hanya memanyunkan bibirmu. Meminta aku melanjutkan ucapanku.
"Ya aku ingat. Pohon kecil itu. Ya pohon kecil itu. Anak dari pohon Jambu besar di halaman rumah kakek. Pohon Tua kita menyebutnya. Ya pohon tua masa kecil kita, yang tumbang karena hujan lebat dua tahun lalu. Dan pohon kecil ini satu-satunya anakan yang tumbuh dari pohon tua itu" aku menatapmu tajam. Dan senyummu manis sekali menjawab dari semua yang aku ucapkan. Kau setuju.
"Rupanya. Kopi dan rokok yang bisa mengembakikan ingatanmu" ucapmu sembari mencium pipiku. Aku tersenyum. Pagi yang sempurna pikirku dalam hati.

Yogyakarta 14 April 2015

Gambar: http://www.freeimages.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun