Mohon tunggu...
Ryan Ari Rap
Ryan Ari Rap Mohon Tunggu... Penulis - Petani dan Penikmat Kopi, dari Desa untuk Indonesia

Baca. Baca. Baca. Menulis. Menulis. Menulis. Seorang pemuda dari desa nun jauh di kaki perbukitan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, berkecimpung di bidang pemeberdayaan masyarakat dan dunia digital marketing.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ayo Bangun Taman Baca Desa #AksiBarengLazismu

8 November 2014   06:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:20 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membaca  tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Membaca digunakan oleh manusia untuk menggali ilmu pengetahuan dan informasi. Membaca mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu, dengan membaca akan membuat manusia mampu menggunakan kemampuan analisis, imajinatif serta memberi stimulus untuk selalu obyektif dalam menilai segala hal yang bertumpu pada pemikiran para ilmuwan.

Salah satu keberhasilan dari membaca adalah melahirkan individu yang mampu belajar secara mandiri. Dalam hal ini, individu mampu menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap apa yang di bacanya. Oleh sebab itu, diperlukan media pelajaran (buku penunjang) yang dapat memberikan cakrawala bagi kehidupan manusia. Penunjang pelajaran yang baik tentunya mampu mengakomodasi kemampuan individu dalam mengembangkan aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah saat individu membaca buku penunjang, buku tersebut hendaknya, mampu mengejawantahkan kemampuan pribadi dan kelompok sesuai dengan usia atau tingkatan individu (kelas). Hal ini berhubungan dengan prinsip bahwa membaca bukan semata teori yang harus dihafal, namun membaca juga merupakan media yang dapat memberi hiburan dan kesenangan tersendiri atas apa yang di bacanya.

Perjalanan saya bersama “Mahasiswa Peduli Masyarakat Desa (MAPEMDA)” yang merupakan gerakan sadar mahasiswa untuk mengabdikan diri kepada masyarakat sebagaimana fungsi kaum intelektual seharusnya untuk memanusiakan manusia lainnya. Dari perjalanan dan riset di berbagai desa-desa di Jawa Tengah umumnya salah satu kendala yang menghambat individu atau masyarakat untuk dapat menerapkan budaya membaca adalah kurangnya wadah atau sarana yang menyediakan buku-buku bacaan, terlebih pada masyarakat pedesaan yang letaknya jauh dari toko-toko buku dan perpustakaan. Selain itu keadaan ekonomi masyarakat desa juga menjadi pertimbangan mengapa mereka kemudian tidak peduli akan pentingnya budaya membaca baik bagi mereka atau generasi penerus, anak dan cucu mereka. Sungguh ironi dan menyakitkan hati jika kita harus berdiam diri melihat kenyataan pahit ketimpangan hidup desa-kota.

Permasalahan didesa yang selalu berkaitan dengan ekonomi tentu menjadi masalah yang serius. Bagaimana tidak saat sebuah desa yang penduduknya tidak lagi mempercayai tanah kelahirannya mampu memberikan kehidupan, memaksa diri untuk keluar mencari peruntungan, pertanyaannya adakah bekal ilmu ia bawa? Tentu tidak, nekat dan berpegang pada satu keyakinan bahwa tuhan itu ada. Pemuda desa kini tidak lagi ingin menjalani hidup di desa, kota terlalu manis melambaikan tangan, mengiurkan yang pada akhirnya memberi kesengsaraan karena tidak mampu bersaing. Sungguh desa berpotensi, namun mata telah tertutupi akan kurangnya pengetahuan untuk mengembangkan diri.

Permasalahan ekonomi muncul tentu beriringan pula munculnya masalah sosial lainnya. Dalam perjalanan saya di desa-desa di daerah Jawa Tengah, ada yang mengiris hati kecil saya. Betapa tidak saat saya menjumpai seorang gadis belia, usia di bawah umur sedang menyusui bayi kecil yang lucu, yang dimatanya terpancar keputusasaan. Pernikahan dini ternyata, lulusan sekolah dasar (SD) sudah harus mengarungi kerasnya dinamika rumah tangga, ini prestasi kemunduran. Mengapa semua ini terjadi, tidak lain karena faktor ekonomi, yang membutakan mata bahwa kehidupan didepan masih panjang, masih ada harapan untuk lebih baik. Dan mengapa masalah ekonomi muncul kepermukaan, tidak lain karena lemahnya pendidikan, kurnganya kesadaran akan pentingnya pendidikan. Dan pendidikan itu tidaklah selalu lisan namun juga di sampaikan melalui tulisan, membaca tentu menjadi hal pokok dalam memenuhi pundi-pundi ilmu.

Berlatar belakang semua itu muncul inisiatif dalam rangka pengembangan pendidikan untuk mendirikan taman baca desa . Dengan keberadaan taman baca tersebut secara umum masyarakat dari berbagai golongan baik pelajar, guru, petani, pedagang, dan masyarakat umum dapat terbantu dalam memenuhi kebutuhan informasi, pengetahuan, bimbingan, hiburan dan lain sebagainya melalui buku yang disediakan. untuk memenuhi tuntutan dan kepuasan masyarakat untuk memperluas khazanah keilmuan. Dalam perkembangannya taman baca desa tidak hanya memberikan layanan dalam hal pemberian kemudahan dalam konsumsi buku bacaan namun juga memberikan wadah diskusi, bimbingan belajar membaca,  bimbingan belajar mandiri, dan pengembangan wirausaha desa yang semuanya dilaksanakan secara gratis bagi pelajar dan masyarakat umum. Memang terihat kecil, namun diyakini bahwa dari yang kecil inilah kita bisa meIndonesiakan Indonesia, sebuah bangsa yang bermartabat, sama rata, sama rasa dan memiliki hak untuk berkembang yang sama pula.

Tentu jalan juang individu berbeda-beda, terutama mahasiswa. Ada diantaranya yang berjuang melawan terjalnya kebijakan pemerintah, ada yang berjuang dalam pengembangan riset dan penelitian untuk bangsa dan ada yang mengabdikan diri untuk masyarakat. Dan yang perlu di garis bawahi bahwa negeri ini dapat bernafas dari udara rakyat melalui pajak yang mereka berikan, sudah barang wajib hukumnya kita berbuat untuk rakyat. Dan dalam hal ini masyarakat pedesaanlah yang memerlukan rasa kepedulian kita akan pendidikan. Jika setiap desa memiliki satu gerakan budaya membaca yang dikoordinasi dengan baik dan penuh rasa keinginan memajukan bangsa ini, maka pastilah kita menjadi bangsa yang lebih maju. Mahasiswa adalah manusia yang sadar maka mari bangun dari mimpi dan ciptakan mimpi.

Ariyanto
Gerakan berbagi buku
Klik Di Sini

Seputar Mapemda "kegiatan yang di muat media masa" : http://ryanariyanto.com/meriahkan-tahun-baru-islam-di-desa/

Blog Mapemda : Foto kegiatan : http://mapemda.blogspot.com/2012/10/kegiatan-mahasiswa-peduli-masyarakat.html

Sedikit bercerita perjalanan Taman Baca Mapemda

1. Ide, Motivasi Awal
Ide mendirikan Taman Baca sudah menancap sejak masih di Kalimantan Selatan. Waktu itu bergabung dengan organisasi Forum Komunikasi Pemuda Islam. Dari organisasi tersebut kemudian ikut ambil bagian untuk mendirikan dan menjalankan sebuah taman baca, yaitu Taman Baca Emas. Taman Baca Emas ini selain menjadi perpustakaan bersama, juga menjadi tempat bertemu dan berinteraksinya pelajar di wilayah Kintap, Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Dari sana saya banyak berdiskusi dan menunduh ilmu dari kawan-kawan yang sudah lama bergerak dibidang pendidikan melalui taman baca.

Tahun 2011. Saya memutuskan untuk kuliah di Yogyakarta di Universitas Mercu Buana. Sejak pertama kali sampai di Jogja, ide mendirikan taman baca terus bermunculan. Dengan informasi yang semakin mudah di dapatkan seputar taman baca yang baik. Akhirnya ide itu tertuang dalam selembar kertas.

2. Merealisasikan Ide
Yang paling sakit adalah ketika kita bercita-cita atau berkeinginan. Ya sakit ketika tak mampu merealisasikan. Sebagai mahasiswa baru, saya paham benar bahwa apa yang saya bawa dalam kepala dan sudah berbentuk tulisan ini tidak akan menjadi sesuatu yang menarik bagi mahasiswa-mahasiswa yang sudah makan asam garam :D. Selain karena ide ini murni dari diri sendiri pendanaanya dan tak ada imbalan apa-apa, justru kantong merekayang mau bergabung yang akan menipis. Setelah hilir mudik mencari mahasiswa angkatan lama untuk merealisasikan ide ini dan kandas. Saya kemudian mulai membawa ide ini kelingkungan kecil di kelas, keteman-teman sesama mahasiswa baru. Dan tanpa saya sadari, justru mereka banyak yang tertarik. Tujuh orang dari fakultas berbeda menjadi orang-orang pertama yang membaca ide saya. Selanjutnya bertambah menjadi 12 orang, dan 20 orang. Ya Ide itu diterima. Ya mereka mahasiswa baru yang baru 2 bulan merasakan bangku kuliah.

3. Awal Perjalanan

Baik, setelah terkumpul 20 orang, dan dari 20 tersebut 10 orang adalah yang siap terjun dilapangan. Sedang sisanya adalah mereka yang belum bisa ke lapangan tapi membantu mencari dan mendonaturkan buku. 10 orang pertama ini kemudian saya bawa ke Wonosobo, salah satu kabupaten di Jawatengah. Tepatnya, di DK Plumbon, Dempel, Kalibawang, Wonosobo. Ya cukup jauh jarak Wonosobo-Jogja, perjalanan 3 jam. Kebetulan saya memiliki keluarga di sana, ya di pedesaan, yang jauh dari nama toko buku apa lagi perpustakaan. Saya lakukan observasi bersama teman-teman di sana. Ya selama tiga hari tinggal di sana. Dan melahirkan nama Mapemda sebagai nama komunitas ini. Mapemda "Mahasiswa Peduli Masyarakat Desa". Hasil observasi waktu itu adalah; 1. Masalah kesehatan; yaitu kesadaran masyarakat untuk pola hidup sehat, terutama pasal MCK. 2. Pendidikan; ya tingkat pendidikan sangat rendah, angka putus sekolah tinggi, yang kemudian marak pernikahan usia dini. 3. Ekonomi; bagaimana mengelola potensi yang ada di sana belum maksimal. 4. Sosial; ya perubahan dan pengaruh modernisasi yang dipaksa masuk mulai mempengaruhi kehidupan sosial remaja di sana.

5. Masuk ke sekolah
Setelah observasi, dan melakukan pengkajian. Jujur metodenya metode hati dari yang teman-teman rasa, lihat dan alamai selama tinggal di sana. Akhirnya datang lagi dan langsung melakukan kunjungan kesekolah. Yaitu mengajar di SD 1, 2 dan 3 Dempel serta SMP Maarif Kalibawang.

6. Masuk ke Desa
Desa ini perlu penghubung bagi mereka. Dan taman baca adalah yang bisa menghubungkan mereka. menghubungkan pelajar, menghubungkan pemuda desa, dan mereka yang putus sekolah. Dan Taman Baca Mapemda lahir.

Singkat cerita Taman Baca Berdiri
Di rumah warga, dan di sana kegiatan belajar mengajar di laksanakan. Relawan Mapemda rajin dua minggu sekali ke sana. Kemudian melakukan regenerasi dengan memberikan pelatihan dan bimbingan kepada anggota Taman Baca Mapemda, hal ini agar ada yang menjadi pengurus dan mampu diberi tanggung jawab ketika relawan berada di Jogja.
Setahun berjalan, pada 2012. Taman baca benar-benar berkembang ke desa-desa lain. Buku-buku menyebar melalui tangan ke tangan. Kawan-kawan taman baca mapemda membawa buku ke sekolah dan meminjamkan ke pada teman mereka. Ya berantai, terus dan terus. Dan kami kewalahan menyediakan buku. Kemudian terus aktif mengadakan pengalangan buku. Dari kegiatan semacam itu akhirnya pihak kampus mengetahui komunitas ini dan memberikan dukungan, begitu juga kawan-kawan kampus semakin banyak yang datang dan berbagi buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun