Mohon tunggu...
Ryan Ari Rap
Ryan Ari Rap Mohon Tunggu... Penulis - Petani dan Penikmat Kopi, dari Desa untuk Indonesia

Baca. Baca. Baca. Menulis. Menulis. Menulis. Seorang pemuda dari desa nun jauh di kaki perbukitan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, berkecimpung di bidang pemeberdayaan masyarakat dan dunia digital marketing.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Lalaya Aku Berkelana

18 Oktober 2017   18:56 Diperbarui: 18 Oktober 2017   20:17 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gerimis pagi tadi kembali datang, menjelang siang yang habis dan senja masih menggantung tipis. Ada rindu jika kau tahu, pada ritme tinggi rendah air tercurah, manis aku rasa begitu romantis jika kita bersua segera.

Di lalaya aku berkelana ke entah berantah, menyapa setiap pasang mata dalam maya, berbagi suka pada tombol jempol lalu bersua dalam ruang teks tanpa suara. Dalam ruang maya ada ketertarikan yang agung, tapi aku linglung, tertawa dan merana.

Dalam ingatan yang sepenggal mulai naik, bersama gerimis dan senja yang menunggu, aku berdoa untukmu. Semoga saja kelak akan ada sua yang nyata, duduk bersebelahan bersama secangkir teh, dan obrolan remeh temeh, menunggu senja.

Yogyakarta 17 Oktober 2017
Mudjirapontur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun