"Bismillah," ucapnya lirih, dalam hitungan detik jemarinya meremas kertas itu dan merobeknya menjadi serpihan-serpihan kecil.
Matanya menatap serpihan itu dengan nanar, Â terasa buliran hangat yang terus memberontak keluar. Lintang menghela napas panjang, melepaskan sebuah keputusan besar atas nama cinta, menguatkan hati untuk menerima apapun resiko yang harus dihadapi esok, demi sebuah cinta pada kedua anaknya, pada orang-orang yang cintanya terhutang selama bertahun-tahun. Lintang pasrah, kata-kata Anggie telah membuatnya kuat, ya..., apapun yang terjadi atas nama cinta, Lintang akan menghadapinya.
**