Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Atas Nama Cinta

27 Mei 2020   18:47 Diperbarui: 27 Mei 2020   18:44 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/atas nama/photo:doc.pri

Maka aku tak punya pilihan selain membawa mama ke Jerman demi kesembuhannya. Kalau kau bertanya, mengapa harus jauh-jauh pergi ke Jerman. Bukan karena aku tidak percaya pada Cardiolog di Indonesia, tapi dokter ahli jantung pertama yang menemukan kelainan jantung mama ada di Jerman. Dan seandainya aku harus kehilangan mama, setidaknya aku sudah mewujudkan wasiat mama untuk dimakamkan berdampingan dengan papa.

Maafkan aku, yang harus meninggalkanmu, walau sesungguhnya aku tak benar-benar meninggalkanmu. Hanya menjeda sementara hingga takdir berpihak kembali pada kita.

Saat ini aku hanya ingin mencari keridhoan-Nya dengan menunjuk cinta dan baktiku pada orang yang telah mempertaruhkan nyawanya, demi seorang bayi mungil yang lahir dari rahimnya. Semoga dengan cara itu Allah memaafkan semua salahku, hingga akhirnya ridho dengan cintaku pada seorang wanita yang bersamanya surga terasa begitu dekat. Dan mudah-mudahan itu adalah kamu.

Rasaku tak akan berubah, dan aku akan membuktikan bahwa teori Homo Erectus Commitment Phobe-mu itu salah. Tapi aku juga tak memaksamu. Kau boleh menunggu jika mau, namun jika ada persinggahan hati yang membuatmu lebih nyaman dan bahagia aku tak akan memaksamu untuk tinggal. Aku akan berdoa yang terbaik untukmu.

Setiap kaki punya alasannya sendiri untuk terus berjalan meski tanpa tujuan ataupun berhenti tanpa alasan. Namun ketika kaki dipaksa hanya bergerak dalam lingkup keterbatasan, iapun akan mampu memaknai arti dan tujuan dari setiap langkah itu sendiri.

Terima kasih telah mewarnai hari-hariku beberapa bulan ini, semoga masih ada waktu buat kita menautkan kembali rasa di antara kita. Namun satu hal, jika raga tak lagi bisa bersatu, ijinkan aku mencintaimu dengan caraku.

Ich nur in den gedanken nehme ich dich mit. Die errinerung begleitet jeden schritt. Jeder tagg kann wie ein neves leben sein. Der schmerz der wit nicht feilen tut zwei mal so weh du wirst immer in mir sein. Glaub an mich, ich lieb dich immer nich so sehr. _(aku membawamu masuk dalam pikiran saya. Ingatan tentangmu menyertai setiap langkah, menjadikan hari-hari seperti kehidupan yang baru. Dan tidak akan membiarkanmu mengalami rasa sakit kedua kali. Percaya padaku, aku masih sangat mencintaimu)_

Remund

*
Lintang menatap layar laptopnya dengan nanar. Dibacanya berulang-ulang,  rangkaian kalimat yang begitu panjang itu seakan mengabur oleh desakan air mata yang mendesak keluar membelah pipinya yang tirus.

Apakah ini satu pertanda kehilangan lagi? Tidak.., jangan.., Lintang menggeleng kuat-kuat, ia belum siap kehilangan Remund. Baru beberapa bulan harapan akan bahagia itu dirajut bersama benih-benih cinta yang mulai bersemi indah. Apakah bunga-bunga cintanya  harus layu sebelum sempat mekar sempurna?  Akankan lukanya yang belum benar-benar mengering akan berdarah lagi? Haruskah marah? Sedih? Kecewa? Benci?

Tapi untuk apa? Lintang tak menemukan alasan untuk marah pada Remund. Justru apa yang dilakukan Remund adalah tindakan ksatria. Pemahaman agama Lintang memang tak terlalu bagus, tapi sejak dulu Lintang meletakkan rasa kagum pada laki-laki yang menempatkan ibunya pada urutan pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun