Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Atas Nama Cinta

27 Mei 2020   18:47 Diperbarui: 27 Mei 2020   18:44 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/atas nama/photo:doc.pri

Setelah papa meninggal, Mama minta pulang ke Indonesia berharap aku berhenti mabuk dan main perempuan.  Lalu mama  menikahkan aku dengan seorang anak sahabatnya yang tak pernah aku cintai. Saat itu egoku selalu memenangkan logika, bahwa perempuan hanyalah objek pelampiasan syahwat. Hingga akhirnya kematian istri dan anakku menghantam bagai tsunami yang memporak porandakan ego dan keras kepalaku.

Aku pernah mengatakan bahwa dulu aku mengira kematian hanya mendekat pada mereka yang lanjut usia, nyatanya setiap saat malaikat maut memperhatikan wajah-wajah manusia di muka bumi bahkan sampai tujuh puluh kali dalam sehari. Dan tak pernah tahu siapa yang ada dalam catatannya. 

Mungkin bisa jadi aku ada dalam urutan yang akan dicabut nyawanya hari ini, entah esok atau lusa. Namun aku tak mau akhir hidupku dalam penyesalan, berharap bisa kembali untuk melakukan satu lagi saja amal kebaikan sebelum dijemput kematian.

Mengingat  tentang banyak hal  yang menyakitkan,  justru aku bersyukur dan berterima kasih pada pengalaman hidup. Belajar banyak dari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki dan tidak mengulangi. 

Aku dulu selalu pongah menjunjung ilmu dan harta sebagai sumber bahagia, menganggap hidup adalah sekedar tumbuh dewasa, bekerja, menjadi tua, lalu mati dan selesai. Hingga aku dipertemukan dengan Islam,  belajar bahwa justru agama adalah dasar pondasi bagi semua ilmu. Justru keluasan hati untuk menerima kebaikan itulah harta yang sebenarnya. Dan mati adalah awal kehidupan baru yang tak ada kematian setelahnya.

Kalau kamu bertanya saat ini apa yang paling ingin aku lakukan.. Hanya satu yaitu membahagiakan mama di sisa hidupnya. Bahkan jika menyerahkan nyawaku bisa menebus semua penderitaanya akibat kesalahanku di masa lalu, maka aku tak ragu melakukannya saat ini juga.

Aku tahu, aku salah langkah, tapi bukankah tak ada manusia yang luput dari maksiat? Dan sebaik-baik manusia adalah yang bertobat. Karena sifat Ar Rahman Allah, seluas langit dan bumi akan memberikan ampunan sebanyak apapun dosa yang kita lakukan.

Saat kau baca email ini, mungkin aku sedang berada ribuan mill dari tempatmu. Maaf jika tak sempat mengabari keberangkatanku, karena semua terjadi tanpa terduga, begitu cepat bahkan nyaris akupun tak mempercayai kenyataan yang sedang terjadi. Juga bukan karena aku mengingkari perasaanku, percayalah cintaku tak pernah berkurang semili pun. 

Tapi saat ini aku sedang berusaha menebus dosa dan kesalahan yang pernah aku torehkan pada wanita yang paling aku cintai. Wanita yang padanya surgaku terletak, wanita yang tangan lembutnya pernah membelai dan merawatku hingga aku bisa kokoh berdiri seperti sekarang.

Siang itu tiba-tiba mama terkena serangan jantung dan koma. Cardiolog memvonis penyakit mama adalah Ventricular Fibrillation, aku tak tahu persis apa, dan Cardiolog  mengatakan bahwa harapan hidup mama tinggal dua puluh persen, tapi aku percaya kekuatan doa akan menembus langit, memaksimalkan ikhtiar dan selanjutnya menyerahkan hasil akhirnya pada Sang Pemilik Hidup

Hidup dan mati seseorang bukan tergantung pada tim medis,  tapi pada Allah. Ibarat sebuah gelas harapan, jangan pernah melihat yang delapan puluh persen kosong, tapi lihatlah dua puluh persen yang terisi. Maka aku tidak akan menyerah. Aku akan melakukan yang terbaik untuk mama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun