Pernyataan 'ngawur' kembali dihadirkan oleh Persaudaraan Alumni 212. Pasalnya, mereka menuduh Polri saat ini sedang berpolitik.
Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Juru Bicara PA 212, Novel Bamukmin, ketika menggelar aksi 67 di Jakarta.
Tuduhan itu bermula karena sejumlah kasus yang berkaitan dengan 'penistaan agama' menurut versi mereka tidak segera tuntas. Di sisi lain, kasus yang menyeret Imam besar mereka, Habib Rizieq Shihab, tetap dilanjutkan.
Namun tuduhan di atas jelas merupakan fitnah yang keji. Kenyataannya Polri sudah bekerja dengan maksimal, sesuai dengan aturan dan tidak bisa diintervensi oleh siapapun.
Bahkan, Polri juga bekerja dengan 'fair' ketika bukti yang diajukan untuk menjerat kasus chat mesum HRS kurang, maka segera dihentikan kasusnya dan diberikan surat perintah penghentian penyidikan (SP3).
Bila kasus yang mereka laporkan tidak kunjung tuntas, bukan lantas Polri mengabaikannya. Semua sudah ada aturan dan prosedurnya masing-masing.
Mereka yang menuduh Polri berpolitik pada dasarnya hanya mengedepankan kebencian dibanding akal sehatnya. Karena itu adalah tuduhan konyol tanpa bukti yang memadai.
Dengan demikian, kita bisa menilai bahwa kualitas para pemimpin PA 212 ini sungguh mengecewakan. Orang-orang seperti Novel Bamukmin ini hanya bertopeng agama untuk mengejar kepentingan duniawinya.
Kita tak perlu percaya atas 'ocehan ngalor-ngidul' dari para alumni 212 ini. Mereka bekerja hanya kepada yang membayarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H