Mohon tunggu...
Mudhaffar Hasiib
Mudhaffar Hasiib Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Public Health Student at Airlangga University

saya mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat, dan saya tertarik membahas isu tentang kesehatan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kader Posyandu Sebagai Agent of Change dalam Mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD)

16 September 2024   21:59 Diperbarui: 16 September 2024   22:17 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negara tropis, dengan iklim yang sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD). Maka hal ini menjadi tantangan utama bagi kita semua. Suhu yang tinggi dapat meningkatkan perkembangan nyamuk, semakin tinggi suhu, maka semakin cepat juga nyamuk menetas. Curah hujan yang tinggi menjadikan habitat nyamuk semakin banyak, dan kelembapan dapat mempercepat metabolisme nyamuk, yang juga mempengaruhi meningkatnya gigitan nyamuk.

Menurut data Kementerian Kesehatan pada minggu ke-22 tahun 2024, tercatat 119.709 kasus DBD, dengan kasus kematian sebanyak 777 korban jiwa. Data tersebut menunjukkan kenaikan kasus DBD dari tahun sebelumnya, di mana pada tahun 2023 kasus DBD sejumlah 114.720 kasus. Hal ini bisa saja terjadi, karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang DBD. Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue (DENV) dari golongan arbovirus. Virus dengue ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Fadilla et al., 2022; William Anthonio T et al., 2020). Jika dibiarkan, penyakit DBD akan terus meningkat setiap tahunnya, maka diperlukan langkah-langkah pencegahan DBD.

Pencegahan demam berdarah dengue harus dimulai dari lingkup masyarakat paling kecil. Upaya pencegahan DBD harus dilaksanakan secara multisektor dan dimulai sejak lingkup terkecil, yakni rumah tangga atau keluarga (Haryanti & Prajayanti, 2024). Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), salah satu bentuk pelayanan kesehatan primer di tingkat RT yakni posyandu. Kader posyandu adalah warga setempat yang dipilih oleh masyarakat dan bekerja sukarela untuk meningkatkan kesehatan masyarakat (Dirjen P2P, 2017). Kader posyandu berperan sebagai pemberi informasi, penyuluh mengenai pencegahan DBD, sebagai koordinator juru pemantau jentik (jumantik), memberikan layanan kesehatan jika terdapat warga yang terpapar DBD, dan menjadi stakeholder dalam kewaspadaan DBD. Untuk mencegah DBD dapat melalui sosialisasi dan penyuluhan tentang gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J) dan 3M Plus.

Salah satu program yang harus disosialisasikan yaitu G1R1J. Gerakan satu rumah satu jumantik adalah program pemerintah yang melibatkan peran aktif keluarga dalam membasmi DBD, dalam program ini minimal satu rumah memiliki satu juru pemantau jentik yang nantinya dapat menggerakkan anggota keluarga yang lainnya untuk lebih waspada terhadap faktor-faktor penyebab DBD dan mengetahui cara mencegahnya. Selain itu, agar mendapatkan hasil yang maksimal, setiap warga juga perlu dibekali pengetahuan mengenai pencegahan demam berdarah dengue dengan langkah 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang bisa menjadi potensi sarang nyamuk. Kemudian poin plus yang dimaksud adalah menanam tanaman penangkal nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, dan memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.

Kehadiran kader posyandu sebagai agent of change sangat penting untuk langkah pencegahan DBD di lingkup masyarakat terkecil. Dengan adanya sosialisasi, penyuluhan, serta edukasi, sehingga kader posyandu dapat menciptakan perubahan yang bernilai tinggi berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan warga dalam mengatasi penyakit demam berdarah dengue. Kader posyandu juga turut berpartisipasi membantu menekan angka kematian akibat DBD.

KATA KUNCI: DBD, Pencegahan, Perubahan, Posyandu

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Tri Haryanti, Eska Dwi Prajayanti, 2024. Gambaran Perilaku 3M Plus Pada Warga Di Kelurahan Mojosongo. Osadhawedyah, Volume 2, p. 88.

Eka Yunila Fatmasari, Putri Asmita Wigati, Ayun Sriatmi, Chriswardani Suryawati, Antono, 2023. Penguatan Peran Kader Kesehatan dalam Kewaspadaan Terhadap. Journal of Public Health and Community Services, Volume 2, pp. 69-71.

Eva Yustati, Willy Astriana, Ita Haryanti, 2024. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Demam Berdarah Dengue(Dbd). Jurnal 'Aisyiyah Medika, Volume 9, pp. 2-4.

Pius Kopong Tokan, Aris Wawomeo, Syaputra Artama, 2023. Pemberdayaan Kader Posyandu Dalam Mendukung G1R1J. Jurdimas Royal, Volume 6, pp. 405-406.

 Kementerian Kesehatan RI, 2024. Waspada DBD di Musim Kemarau.

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilismedia/20240616/0045767/waspada-dbd-di-musim-kemarau/ [Online]. (diakses tanggal 10 September 2024).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun