Mohon tunggu...
Mudayat Haqi
Mudayat Haqi Mohon Tunggu... Dosen - BERKARYA DAN BERMANFAAT

Dosen Tetap Stiamak Yayasan Barunawati Biru Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Untuk Apa Menjadi Pribadi Pemaaf?

26 Maret 2023   20:31 Diperbarui: 26 Maret 2023   20:56 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Puasa berarti menahan diri dari kata shiyam/shoum.Tujuan berpuasa adalah pencapaian kualitas takwa/la 'allakum tattaquun(Al Baqoroh:183). Salah satu ciri orang bertakwa adalah menahan amarah dan memaafkan orang(walkaadhiminalghoidho wal 'afiina 'aninnaas/Ali Imron: 134). Jika diurutkan apabila mampu menahan amarah maka akan mampu memaafkan.

Pertanyaan pertama, untuk apa menahan amarah ? Dengan menahan anarah, ucapan(al lisan) lebih baik atau tak emosi. Yang akhirnya tidak memicu amarah diri dan amarah orang. Pikiran(al fakru) lebih jernih untuk menyelesaikan persoalan. Hati(al qolbu) lebih lembut atau peka untuk instrupeksi diri dan peduli sesama. Perilaku(al akhlaq) lebih bijak tidak menangnya sendiri atau egois.

Pertanyaan kedua, untuk apa memaafkan orang? Pada saat di lingkungan keluarga jika antar orang tua dan anak senantiasa saling menanamkan suasana damai(aslama/islam) maka pasti menjadi baiti jannati(keluarganya adalah surganya). Di lingkungan kerja suasana kerja kondusif penuh dengan kedamaian maka akan kompak dan produktivitas tinggi. Di lingkungan masyarakat jika suasana rukun maka hidup bertetangga akan makmur sejahtera(baldatun thoyyibatun warobbun ghofur). Termasuk dalam hidup berbangsa bernegara tanpa adanya peperangan, tentu kolaborasi terus terjalin dengan baik.

Sebaliknya, apabila tak mampu menahan amarah dan tak menjadi pribadi pemaaf maka akan berdampak keburukan pada diri sendiri dan orang lain. Putuslah persaudaraan(silaturohim). Mereka dihinakan....(Ali Imron: 112). Rosullulloh mengingatkan, Tak akan masuk surga orang yang memutus silaturohim(HR. Bukhori Muslim). Dengan kata lain pertengkaran, dendam, ketidakdamaian akan menjadi problem besar. Oleh karena itu, menahan amarah dan memaafkan adalah benteng kekuatan untuk menjadi pribadi pemaaf. Tidaklah Alloh mengutus untuk menjadi rahmatan lil 'aalamiin(Al Hujurot: 107).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun