Mohon tunggu...
Mudayat Haqi
Mudayat Haqi Mohon Tunggu... Dosen - BERKARYA DAN BERMANFAAT

Dosen Tetap Stiamak Yayasan Barunawati Biru Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Untuk Apa Berpuasa ?

24 Maret 2022   17:12 Diperbarui: 24 Maret 2022   17:37 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Marhaban ya Ramadhan....Selamat datang syahrul Romadlon....Semoga dari input, proses, output, dan outcome capaian puasa Romadlon tergapai, yakni la 'allakum tattaqun/mencapai kualitas ketakwaan(QS. Al Baqoroh: 183). Tuntunan Rosululloh untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam berpuasa harus imanan wahtisaban(HR. Bukhori), yaitu dengan iman dan penuh perhitungan dengan evaluasi diri(muhasabah).

Mengutip dikajian tasawuf modern ada 7 tanda-tanda untuk mengukur keberhasilan berpuasa Romadlon sebagai evaluasi diri tersebut.

Pertama, al lisan(positive speaking): tutur kata lebih baik, emosi amarah lebih rendah/terkendali, dan daya tahan sabar lebih kuat(Ashobru 'inda awwali shodmah, HR. Bazzar).

Kedua, al fakru(positive thinking): pikiran lebih jernih sehingga berpikir lebih cermat dalam menyelesaikan persoalan keseharian.

Ketiga, al qolbu(positive feeling): hati lebih lembut lebih peka terhadap keadaan diri sendiri dan lingkungan. Peduli terhadap lingkungan dan mudah mengoreksi diri untuk segera memperbaiki. Bukan gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak(pandai mengoreksi orang lain, tapi tak pandai mengoreksi kesalahan sendiri).

Keempat, al akhlaq(positive acting): sikap lebih bijaksana sehingga tidak menangnya sendiri, tidak sewenang-wenang, tidak muncul keangkuhan, dan tidak egois.

Kelima, al badaniyah(positive phyically): badan lebih sehat karena berupaya menyeimbangkan diri(pola makan, pola hidup). Hidup tak banyak pola. QS. Al Baqoroh: 168), "Halalan thoyiban"/benar dan baik.

Keenam, al hayat(positive living): hidup lebih tenang karena selalu berupaya mengelola hati/menata hati pikiran atas ridho Ilahi. Sehingga, kita tak terjebak pada kegelisahan hidup yang terus menerus. Hati sedih manusiawi, stres juga manusiawi, tapi tidak meratap-ratapi sampai melampaui batas.

Ketujuh, al 'ibadah(positive transcendental): ibadah lebih berharga karena ibadahnya menjadi kebutuhan(mujahadah), bukan sekadar menggugurkan kewajiban saja.

Setidaknya dengan mengevaluasi diri tersebut maka puasa kita tak sia-sia. Rubbashoimin hathuhu min shiyamihilju' wal 'athosy/Betapa banyak orang yang berpuasa yang ia dapatkan lapar dan dahaga(HR. Ath Thobroni).

Semoga syahrul Romadlon tidak sekadar rutinitas tahunan, melainkan menjadi hikmah: puasa romadlon mengajarkan pengendalian diri, zakat fitrah mengajarkan peduli pada sesama untuk bershodaqoh, dan nuzulul quran mengajarkan bahwa Alquran sebagai pedoman hidup secara konsisten(hudalinas).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun