Mohon tunggu...
Muda Isriyah
Muda Isriyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Konselor, Dosen, Penulis, Asesor BAN PAUD dan PNF

menulislah agar dikenang selamanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengurai Konflik Batin Mahasantri: Peran Adat Nyadhar dalam Mengatasi Cognitive Dissonance

13 November 2024   12:09 Diperbarui: 13 November 2024   12:13 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto di Jawatan Benculuk

Mengurai Konflik Batin Mahasantri: Peran Nilai Adat Nyadhar dalam Mengatasi Cognitive Dissonance

Oleh: Mudafiatun Isriyah

Di lingkungan pesantren, khususnya di Pondok Pesantren Ibnu Katsir, para mahasantri putra sering dihadapkan pada tantangan dalam menjaga keseimbangan antara nilai-nilai agama, tradisi pesantren, dan tuntutan sosial serta pribadi yang semakin kompleks. Konflik batin atau cognitive dissonance muncul ketika mereka merasakan ketidaksesuaian antara nilai yang diyakini dengan perilaku yang dilakukan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam proses pembelajaran. Ketidaksesuaian ini dapat menimbulkan kecemasan dan kebingungan yang mengganggu kestabilan emosi dan psikologis mahasantri. 

Oleh karena itu, penting untuk mencari solusi yang dapat membantu mereka mengatasi disonansi kognitif tersebut. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah melalui nilai-nilai adat Nyadhar, yang merupakan bagian dari kearifan lokal dan tradisi yang dapat memberikan landasan moral dan psikologis bagi para mahasantri untuk menemukan keharmonisan batin dan mengurangi ketegangan yang muncul akibat ketidaksesuaian antara pikiran dan tindakan.

Topik "Mengurai Konflik Batin Mahasantri: Peran Nilai Adat Nyadhar dalam Mengatasi Cognitive Dissonance" terletak pada pentingnya memahami bagaimana kearifan lokal dan nilai-nilai budaya dapat berfungsi sebagai alat untuk menyelesaikan masalah psikologis yang dihadapi oleh para santri, khususnya dalam konteks pesantren.

  • Mengatasi Dampak Cognitive Dissonance pada Mahasantri
    Konflik batin yang timbul akibat ketidaksesuaian antara nilai yang diyakini dan perilaku yang dilakukan (cognitive dissonance) dapat menimbulkan stres, kecemasan, dan kebingungan pada santri. Artikel ini penting untuk menemukan solusi berbasis kearifan lokal, seperti nilai adat Nyadhar, yang dapat membantu santri meredakan ketegangan ini dan menyesuaikan diri dengan lingkungan pesantren tanpa menimbulkan gangguan psikologis.
  • Integrasi Kearifan Lokal dalam Pendidikan Pesantren
    Nilai adat Nyadhar adalah bagian dari tradisi dan kearifan lokal yang sangat berharga dalam konteks sosial dan budaya pesantren. Artikel ini memiliki urgensi untuk mengintegrasikan nilai adat ini dalam proses pembelajaran dan kehidupan sehari-hari di pesantren, memberikan alternatif pendekatan yang lebih mendalam dan sesuai dengan konteks budaya santri.
  • Peningkatan Kesejahteraan Mental dan Emosional Santri
    Dalam lingkungan pesantren yang memiliki aturan ketat dan nilai-nilai yang sering kali bertentangan dengan dunia luar, santri bisa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri, yang dapat mengarah pada ketegangan internal. Artikel ini penting untuk menawarkan pendekatan yang holistik untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional santri, dengan menggunakan nilai-nilai adat sebagai jembatan untuk mencapai keharmonisan batin dan ketenangan psikologis.
  • Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis Adat
    Artikel ini juga penting dalam mengembangkan model pendidikan karakter yang berbasis pada nilai-nilai tradisional yang relevan dengan kehidupan pesantren. Dengan memanfaatkan nilai adat Nyadhar, pesantren dapat memberikan pendidikan yang tidak hanya mengutamakan aspek akademis, tetapi juga pembentukan karakter yang sesuai dengan budaya dan agama yang dijalankan di pesantren.
  • Solusi Praktis untuk Mengatasi Ketidaksesuaian Sosial di Pesantren
    Konflik antara nilai-nilai pribadi dan sosial yang berlaku di pesantren seringkali menciptakan kesenjangan antara perilaku dan keyakinan para santri. Artikel ini dapat memberikan solusi praktis dengan menawarkan nilai adat Nyadhar sebagai suatu pendekatan yang mendalam dan mudah diterima oleh para santri untuk mengatasi disonansi kognitif yang muncul.
  • Pemahaman yang Lebih Mendalam tentang Peran Tradisi dalam Pembentukan Identitas
    Artikel ini juga mendesak untuk menggali lebih dalam bagaimana nilai-nilai adat, seperti Nyadhar, dapat membantu santri menemukan identitas diri yang lebih kuat dan konsisten, sekaligus membangun rasa memiliki terhadap pesantren dan komunitasnya. Hal ini akan memperkuat rasa kedamaian batin dan rasa tanggung jawab dalam menjalani kehidupan di pesantren.

Langkah-langkah Mengurai Konflik Batin Mahasantri dalam Nilai Adat Nyadhar untuk Mengatasi Cognitive Dissonance khusunya mengurai konflik batin pada mahasantri dan mengatasi cognitive dissonance dengan memanfaatkan nilai adat Nyadhar.

1. Identifikasi Sumber Cognitive Dissonance

Langkah pertama adalah mengidentifikasi sumber-sumber yang menyebabkan cognitive dissonance pada mahasantri. Hal ini bisa meliputi ketidaksesuaian antara:

  • Nilai agama yang dipelajari di pesantren dan perilaku sehari-hari mereka.
  • Perbedaan antara kehidupan pesantren dengan kehidupan di luar pesantren yang membawa nilai dan norma yang berbeda.
  • Tuntutan eksternal (misalnya, keluarga, teman sebaya) dan nilai internal yang ada dalam diri mereka.

Mengidentifikasi disonansi ini memungkinkan untuk mengetahui apa yang perlu disesuaikan atau diterima agar mencapai harmoni batin.

2. Pengenalan dan Penerapan Nilai Adat Nyadhar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun