Mohon tunggu...
Muhsin Abdul Gani
Muhsin Abdul Gani Mohon Tunggu... Dosen -

Seorang dokter dan doktor alumni Jerman, yang peduli dengan isu-isu sosial di sekitarnya. blog: http://doktermuhsin.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Musik Made in Germany

11 Maret 2012   09:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:13 4224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1331460669334319334

[caption id="attachment_167816" align="aligncenter" width="448" caption="Andreas Bourani (viva.tv)"][/caption]

Musik bersifat universal. Dianya tidak terbatas ruang dan waktu apalagi bahasa. Walaupun demikian, mendengarkan lagu berbahasa yang asing di telinga kita adalah sesuatu yang tidak mudah. Selain susah untuk mencerna maksud dari lagu tersebut, lagu berbahasa asing juga sulit untuk dihafal maupun dilafal.

Selain lagu berbahasa Inggris yang sudah sejak lama populer di negara kita, lagu berbahasa Hindi juga digandrungi oleh sebagian masyarakat Indonesia. Sebagian lainnya terutama anak muda (ABG) lebih menyukai lagu-lagu berbahasa korea sebangsa K-Pop. Booming K-Pop yang dipopulerkan oleh boyband maupun girlband asal Korea akhir-akhir ini mampu mengurangi dominasi lagu mandarin sebagai lagu oriental yang paling digemari beberapa tahun yang lalu. Perkembangan lagu Korea tersebut memang tidak dapat dipungkiri terjadi akibat boomingnya film-film korea (K-Movie) di Indonesia.

Lagu dalam bahasa lain, seperti Bahasa Jerman, masih kurang populer di Indonesia. Menurut saya, alasannya bukan karena bahasa Jerman kurang populer di Indonesia (sekarang terjadi tren peningkatan masyarakat dunia belajar bahasa Jerman, termasuk di Indonesia), tapi lebih dikarenakan media pembawa lagu tersebut seperti film yang berbahasa Jerman, belum banyak masuk ke Indonesia. Popularitas film ikut mempengaruhi popularitas musik itu sendiri.

Di negaranya sendiri, lagu-lagu Jerman juga kalah bersaing dibandingkan lagu-lagu berbahasa Inggris. Ini dibuktikan dengan radio di Jerman seperti Radio Einslive di bagian barat Jerman (bisa disimak disini) yang lebih sering memutar lagu berbahasa Inggris daripada lagu berbahasa Jerman, sekira tiga English song berbanding satu German song. Saya kira ini wajar mengingat industri musik berbahasa Inggris merupakan penghasil lagu terbesar di dunia. Popularitas ini juga dipengaruhi oleh film-film Hollywood yang mendominasi bioskop-bioskop diseluruh dunia, termasuk di Jerman.

Bagi Anda pecinta musik, mungkin tidak ada salahnya sesekali mendengarkan lagu berbahasa Jerman. Walau mungkin akan sedikit puyeng dengan bahasanya, saya yakin lagu-lagu Jerman tidak kalah dengan lagu internasional lainnya, baik lirik maupun musiknya sendiri. Apalagi bagi Anda yang berniat atau sedang belajar bahasa Jerman, biasanya lebih mudah mempelajari bahasa melalui lagu. Metode ini sudah diterapkan untuk berbagai bahasa di dunia beberapa dasawarsa yang lalu.

Banyak lagu Jerman yang musik maupun liriknya menarik untuk didengar. Tapi karena tidak cukup halaman menuliskan satu persatu, di sini saya hanya mereview beberapa lagu Jerman yang paling menarik menurut saya.

Lagu Jerman pertama yang saya dengar seumur hidup berjudul “Symphonie“ yang dinyanyikan oleh grup musik Silbermond yang cukup populer di Jerman saat ini (Linknya disini). Lagu ini menceritakan seorang cewek yang merasa sedih dengan nasib percintaannya yang diujung tanduk. “Und es ist besser wenn du gehst. Denn es ist Zeit. Sich ein zu gesteh'n dass es nicht geht. Es gibt nichts mehr zu reden.“ (Dan lebih baik kamu pergi. Karena inilah saatnya. Untuk mengakui bahwa cinta kita tidak berhasil. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi).

Lagu jerman lainnya yang menurut saya juga menarik adalah lagu berjudul ”Cello”. Anda pasti tahu, cello adalah alat musik gesek sejenis biola. Lagu ini dipopulerkan oleh Udo Lindenberg, mantan drummer pada acara serial televisi Jerman yang populer di era 70-an, yang berduet dengan penyanyi, rapper, sekaligus produser bernama Clueso (Thomas Hübner). Lagunya bisa Anda simak di sini. “Du spieltest Cello. In jedem Saal in unsrer Gegend. Ich saß immer in der ersten Reihe.“ (Kamu mainkan cello di setiap gedung kesenian di daerah kita. Aku selalu duduk di barisan pertama)

Ada sebuah lagu lagi yang menurut saya juga asik untuk didengarkan. Lagu ini berjudul “Nur In meinem Kopf“ (Hanya Didalam Kepalaku). Dinyanyikan secara asik oleh Andreas Bourani (linknya disini), lagu ini menceritakan angan-angannya untuk mencintai seorang gadis. “Wir sind für 2 Sekunden Ewigkeit unsichtbar. Ich stopp die Zeit. Kann in Sekunden Fliegen lernen.“ (Kita tidak kelihatan untuk abadi dalam dua detik. Aku dapat memberhentikan waktu, dapat belajar bagaimana terbang dalam beberapa detik).

Itulah review singkat tiga lagu berbahasa Jerman yang menurut saya menarik untuk didengar, khususnya bagi Anda pecinta musik yang ingin sesekali mencoba jenis musik yang berbeda. Walau lagu-lagu tersebut tidak Anda mengerti, tapi paling tidak Anda terhibur dengan musiknya yang apik. Selamat mendengarkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun