Termotivasi Jadi Guru Demi Generasi Penerus
Oleh Muchwardi Muchtar
Peringatan Hari Guru 2024 pada 25 November bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia). Pada 24-25 November 1945, Persatuan Guru Indonesia (PGRI) menyelenggarakan Kongres Guru Indonesia pertama di Surakarta, Jawa Tengah. Lewat kongres ini, PGRI resmi diperkenalkan. Kemudian, Hari Guru Nasional ditetapkan jatuh setiap tanggal 25 November secara resmi melalui Keputusan Presiden RI Nomor 8 Tahun 1994. Hari Guru Nasional ditetapkan buat memperingati peran penting guru untuk bangsa.
Saya, meski tidak pernah mengikuti “sekolah guru” secara formal, tapi karena pernah bekerja di BUMN Migas selama 35 tahun (17 tahun di bekerja di laut on board, dan 18 tahun bekerja di kantor (shore based) maka ketika bertemu secara tidak disengaja dengan kawan lama dalam sebuah resepsi pernikahan anak teman lain (Juli 2011), diminta oleh Kepala Pusdiklatsus Pertamina (Hamdi Nala, rahimahullah), untuk membantu dia.
Mulanya saya heran, kok orang yang sudah pensiun dari aktivitas dunia kantor, diminta untuk membantu Manajer Training Center? Tapi, setelah duduk satu meja dalam resepsi pernikahan anak teman lain tersebut, barulah saya paham. “Pak MM, selaku pelaut senior, yang gemar tulis menulis, bahkan sempat jadi wartawan BUMN, sangat disayangkan begitu pensiun, tahun 2010, semuanya selesai”.
Setelah saya jelaskan kepada Hamdi bahwa dalam dunia tulis menulis saya memang jagonya, namun dalam soal berbicara punya kekurangan yang sudah diketahui oleh teman-teman dekat. Saya kalau sudah berbicara ---sering lepas kontrol---- sehingga speed dalam berbicara sangat cepat, membuat orang yang mendengar dibuat bengong. Tidak mengerti apa yang saya ceritakan.
Ya, saya mengaku secara terus terang salah satu “kelemahan” dilihat dari SWOT, yaitu : Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman) dalam memasuki kehidupan manusia madani, adalah penyakit kalau berbicara selalu cepat, tadi.
Tapi Hamdi ---yang pernah satu kelas dengan saya dalam sebuah “Pelatihan Mandatori Untuk Kenaikan Jabatan” di Pusdiklat Pertamina Simprug, Jakarta Desemeber 1983--- memberi semangat. “Ingat Pak MM, BJ Habibie itu kalau sudah bicara mirip dengan Anda. Dan, dokter Ali Akbar dari U-Yarsi pun seingat saya jika berbicara tak beda dengan Pak MM”.
Setelah “digembleng” dalam tiga kali pertemuan (ikut jadi penonton ketika instrukur lain sedang mengajar dalam kelas) beberapa teman instruktur lainnya yang paham sekali dengan “kelemahan” saya, memberi nasihat. Kata kunci untuk mengajar di dalam kelas, “Pak MM harus selalu taat pada lembaran demi lembaran hand out yang disorot ke layar di depan kelas. Selalulah berbicara, menerangkan materi poin demi poin, dan dengan ketat mengontrol emosi untuk tidak berbicara diluar konsep (yang biasanya sangat menumpuk dalam kepala) untuk disampaikan pada peserta didik dalam kelas”.
Pusdiklatsus Perkapalan Pertamina yang waktu itu sudah go public, dan berganti nama menjadi Pertamina Martime Training Center (PMTC) dibolehkan oleh institusi pemerintah Dirjenhubla untuk memberikan pendidikan dan pelatihan kepada seluruh pelaut Indonesia yang seertifikat kelautannya sudah expired.
Saya selaku mantan pelaut (1975-1992) yang diketahui Hamdi Nala banyak pengetahuan di bidang kemaritiman, dan kebetulan mempunyai sertifikasi IMO yang masih valid, perlu sharing dengan para juniors yang sertifikasi kelautannya mesti diperbarui dan mereka wajib diberi penyegaran dengan materi-materi yang adakalanya sudah diperbarui oleh IMO. Sekedar mengingtakan, International Maritime Organization (IMO) adalah badan PBB yang bertugas untuk mengembangkan dan mengadopsi peraturan baru di bidang pelayaran dan kelautan.