Alhamdulillah, akhirnya punggung ini bisa nangkring di kasur tercinta. Tak terkira, dari tadi pagi sampai malam belum sempat istirahat, makan juga. Haduh kok bisa. Akhirnya secangkir kopi dan sepiring mie instan menemani di tengah malam. Tapi tiba-tiba suara pintu diketuk dengan keras, hampir seperti mau di dobrak.
“Edi, Ed… buka pintunya!”
“Siapa itu?” Aku pun langsung lari membuka pintu.
“Izin nginap semalam ya Ed? Besok aku ada wawancara di kampusmu.” Sambil nyengir.
“Hmm, bikin kaget aja kamu Gun. kalau mau datang hubungi dulu, tak kira tadi orang gila.”
“Kacau temenku ini, sama dong berarti? Kan kamu temenan sama aku.”
“Eh, itu makanan ya?” si Agus langsung melahap makananku.
“Eh…eh…eh… aduh anak ini, ya sudahlah buruan makan terus istirahat. Sudah ngantuk aku.”
Akhirnya harus tidur dengan perut yang masih keroncongan. Tapi penderitaanku tak hanya disitu, gaya tidur Agus yang mirip banget dengan helicopter membuatnya menjadi penguasa kasurku, apalagi ditambah nyanyian di tengah tidurnya, sumpah deh gak merdu banget. Akhirnya sampai subuh menjelang, mata ini memerah akibat gak bisa tidur-tidur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H