Mendengar cerita para sopir angkutan dari Bukittinggi ke Lubuksikaping, Kabupaten Pasaman, tentang sebuah masjid yang indah dan banyak dijunjungi oleh masyarakat, masjid itu adalah Masjid An Nur, yang berada di jalan raya Bukittingi ke Payakumbuh.
Saya belum pernah ke Payakumbuh dari Bukittinggi menggunakan angkutan umum. Pembangunan Masjid An Nur Piladang adalah wakaf Ibu Hj Hanifah, Guguak Tinggi Tabek Sarojo, IV Koto, Agam. Alhamdulillah Selasa, 18 Juli 2023, saya sampai di masjid ini pada jam 11.00. "Itu pak Masjid yang bpk maksud", kata sopir angkutan umum yang saya tumpangi.
Melihat dari pinggir jalan, sebelah kiri, sebuah masjid indah berwarna putih, sangat menggoda untuk mengetahui lebih jauh. Di pinggir jalan tersedia parkir untuk 10 kendaraan kecil, naik setingkat tersedia lagi parkir untuk 10 mobil kecil dan disebelah kiri di depan Madrasah terdapat pula parkir, untuk 15 mobil kecil. Saya langsung mencari toilet dan tempat wudhu' di samping kanan masjid. Rencana nya ingin shalat tahiyatul masjid, namun dua tiga utama, masih terkunci. "Nanti akan dibuka jam 12.00, setengah jam sebelum azan zhuhur", jawab marbot saat saya tanyakan dimana pintu masuk nya.
Sambil menanti waktu shalat Zhuhur, saya berkeliling. Dibelakang ada dua sawung untuk lesean keluarga yang istrirahat dan di sebelah kanan bagian depan terdapat pula tempat lesean yang lain. Saya lihat sebuah keluarga dengan anaknya telah duduk di salah satu lesean ini, menikmati suasana lingkungan masjid yang 'green", sambal menyantap makanan nya. Pedagang mainan anak-anak mulai menggelar dagangan, juga tukang sate dan es campur, telah siap melayanan pembeli.
Selain mengambil gambar masjid dan tampak luar, saya bertanya kepada pedagang, tentang sekolah yang berada di komplek masdjid. Ini. Mereka serentak menjelaskan bahwa itu adalah Madrasah Ibtidaiyah Full Daya School (MIFDS).
Masih ada waktu 45 menit menjelang zhuhur, saya bergegas ke kantor MIFDS ini dan beberapa guru menjawab salam saya dan minta izin untuk ngobrol dan bersilaturrahmi. MIFDS ini mulai dikembangkan Kembali tahun 2005 pelajaran ekstrakurikuler lain, sekarang telah memiliki 10 rombongan belajar (rombel). Waktu belajar anak- didik, hingga jam 16.00, dengan tambahan praktek ibadah, tahfidh dan pelajaran ekstra kurikuler lainnya.
Masjid An Nur dibangun tahun 2019, terlihat dari prasasti di sebelah kiri bagian, depan tanda tangan wakaf bangunan oleh H Mawardi M Nur, 10 Februari 2019 atas nama orang tua nya "Hj. Hanifah".
Jarak tempuh dengan kendaraan umum dari Bukittinggi ke lokasi hanya 45 menit, sekitar 30 km. Jarak dari kota Padang ke masjid ini sekitar 125 km. Bilamana menggunakan kendaraan pribadi, dari Simpang Gadut, misalnya dapat ditempuh sekitar 30. Tidak perlu khawatir tersesat, gunakan saja petunjuk "maps-google".
Masjid Nurul Ilmi dengan pewakaf keluarga H Mawardi Nuur, di nagari Kayutanam, depan INS Kayutanam, sekarang menjadi rest area yang sayang dilewatkan. Setelah shalat tajiyatul masjid dan melaksanakan shalat rawatib, terdapat tempat untuk makan minum keluarga yang nyaman. INS sendiri (Indonesisch Nederlandsche School, yang didirikan pahlawan pendidikan nasional Mohammad Syafei di zaman penjajahan Belanda). Keistimewaan masjid ini adalah kubahnya yang meniru gaya Opera House di Sydney, Australia.
Catatan sejarah sebelum masjid ini dibangun Kembali, lima tahun yang silam, adalah :
- Masjid ini didirikan oleh Syekh Muhammad Salieh pada tahun 1884, sumber lain menyebutkan pembangunannya sudah dimulai sejak 1879.
- Mulanya sebuah masjid kayu dengan atap ijuk, sekitar tahun 1900, atap masjid yang berganti dengan seng, ber ukuran 12 x 12 m, dengan lima tonggak kayu. Di bagian tengah masjid, satu tiang yang lebih besar "Tunggak Macu", berukuran sebesar 3 kali rangkulan tangan orang dewasa.
- Masjid ini berdiri di atas lahan seluas 1.991 m2, tanah waqaf .ekitar 500 m2 digunakan untuk lahan masjid dan fasilitasr parkir serta ruangan lesean. Selebihnya digunakan untuk MIFDS.
- Tahun 1926 Masjid Piladang runtuh dan rusak berat akibat gempa yang terjadi di Padang Panjang. Masjid dibangun kembali dengan bahan kayu hingga akhirnya diganti dengan dinding beton beberapa tahun setelah merdeka.
- Pada 30 September 2009, bangunannya mengalami kerusakan akibat gempa bumi yang mengguncang Sumatra Barat. Tahun 2017, dilakukan renovasi pada bangunan meliputi pemasangan plafon, perbaikan kubah, perbaikan dinding dan penggantian keramik.