Gorong Royong sudah menjadi tradisi masyarakat berbagai suku di Indonesia. Di Toraja dikenal dengan Rambu Solo, Morakka'bola di Sulawesi Selatan, Maslalapari di Mandailing dan Sinomam di Jawa. Bagi masyarakat Minang gorong royong dikenal dengan "Manunggal Sakato", atau sesuai dengan keperluan, seperti gotong royong "Batagak Rumah, Memberihkan Tali Banda", "Bedah Rumah" dan keperluan lain nya.
Sebuah hasil dari manunggal sakato ini adalah bedah rumah seorang warga di Nagari (Desa) Sungai Beringin, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar). Membangun rumah bagi warga miskin sangat berpotensi menggalang keakraban dan kerjasama antarwarga.
Rumah yang sangat tidak layak huni bisa diubah menjadi rumah semi permanen tipe 36 dengan dibekali stimulan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kegiatan sosial sebesar Rp 4 juta.
Padahal, budget untuk sebuah rumah mencapai Rp 15 juta. Rumah yang dibangun adalah dari Suku Sikumbang, Dalam kasus ini rumah warga si kumbang di Nagari ini, Pangulu dan Mamak suku Sikumbang menghimbauk anak kemanakan untuk ikut serta dalam gotong broyong tersebut.
Remaja Mesjid Nurul Himkah, desa Nan Tujuah, Kecamatana Palupuah dan Jamaah Mesjid melaksanakan gotong rorong untuk memersiapkan "lubuak Larangan dan Jalan sekitar Mesjid Nurul Hikmah. Para pemuda behasil membuat "Lubuk Larangan" di Batang Aie Sipisang. Tiga buah Lubuk Larangan Remaja Mesjid dan sebuah lagi Milik Mesjid, di bendung dengan tumpukan batu dan dengan bronjong kawat. Dalam kegiatan kebersamaan. Sekaligus pula kegiatan ini mererat silaturrahami antara remaja dan jamaah masjid.
Dua pekan berturut turut Jamaah Mesjid Nurul Hikmah dan masyarakat Jorong Sipisang bergotong royong memperbaiki jalan sekitar masjid, dengan menembok. Hasil nya dinikmati orang masyarakat yang datang ke Mesjid dan mau ke Sirabuangan untuk bertani.Usai gotong royong berkumpul bersama msemakin mempererat silaturrahmi.
Contoh lain sedang berlangsung di Jorong Saribulan Lawang, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, adalah bedah rumah Robert yang semula gubuk berdinding kayu dan bambu yang sudah lapuk, berlantai tanah, tanpa plafon, . Bedah rumah ini memerlukan bahan bangunan seperti batu bata, semen, pasir dan lain lain, sebesar Rp. 18.000.000.
Masyarakat Jorong Saribulan terjun bergorong royong dalam pelaksanaan pembangunan rumah ini. Gerakan gorong rorong didukung oleh perantau. Gerakan kshare di medsos, dalam beberapa hari di share melalui medisos , terkumpul hamper Rp. 6.000.000. Robert yang baru pulang dari rumah sakit ,karena kecelakaan, belum bisa kembali ke rumah nya yang sedang di bedah. Beberapa hari, dia tinggal di rumah metua nya di Jorong Gajah Mati.
Sebuah Mushalla yakni Surau Mato Aiie, Jorong Katapiang, Nagari Lawang, Kecamatan Matur, dalam tahun ini berubah total. Surau kecil dengan atap seng, sederhana dan belum memiliki tempat wudhu, berubah total menjadi surau yang rapi, memliliki tempat wudhu, gudang kecil, teras beraspal dan jalan menunju surau yang sudah di tembok yang tertata indah. Surau Mungil yang indah menyebabkan semakin bertambah jamaah shalat jamaah.
Malah di surau ini berlangsung pula latihan bagi para pemuda tentang adat. Gorong royong warga menjadi kunci keberhasilan. Perkembangan yang terjadi diberikahukan kepada perantau. Dengan informasi yang selalu di up-date, kepedulian perantau semakin tinggi. Infak dan shadaqah berkucuran ke rekening mushalla ini.
Masih berlangsung di Jorong dan Nagari adalah saat mau turun ke sawah. Gotong royong membersihkan "tali banda" oleh masyarakat yang memiliki sawah dengan sumber air dari banda yang sama. Usai gotong royong menikmati makan bersama dan saling berbagi pengalaman dalam usaha pertanian.