Mohon tunggu...
Muchtar Adam
Muchtar Adam Mohon Tunggu... -

Muchtar Adam, lahir 10 September 1939 di Benteng, Selayar, Sulawesi Selatan, adalah Pemimpin Pondok Pesantren al-Qur ân Babussalam, Ciburial Indah, Dago-Atas, Bandung Utara. Pernah menjadi dosen agama UNPAD sejak 1974-1989.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pengalaman Team ROHIS Tefaat Buru (Timpat Pemanfaatan Tahanan PKI Pulau Buru) IV

13 Februari 2016   15:36 Diperbarui: 13 Februari 2016   15:51 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pengalaman Dakwah Pulau Buru"][/caption]

Pengalaman Team ROHIS Tefaat Buru (Timpat Pemanfaatan Tahanan P.K.I. Pulau Buru)

(Akhir 1970 s/d awal 1974)

Saya tim dakwah ketiga dan keempat. Tim dakwah pertama didominasi petugas-petugas dari Ambon, yang belum memiliki wawasan luas tentang metoda dan psikologi dakwah, sedang tim dakwah kedua masih campuran petugas pusat dan petugas dari Ambon. Buah dari tim pertama bukannya mengobati penyakit mereka, sehingga luka-luka  yang kecil dari mereka menjadi besar yang akhirnya mereka benci kepada Islam  karena ulah tim dawahnya, sehingga 7000 kaum muslim keluar dari Islam dan pindah agama, ada yang ke Katholik, ada yang ke Protestan, dan ada juga yang pindah ke Hindu dan Budha. Hal ini dijadikan pengalaman di Departimen Agama Pusat, sehingga tim dakwah ketiga, apalagi keempat, diseleksi benar-benar pendidikan dan pengalamannya, diutamakan orang Jawa atau Sunda, minimal pernah tinggal lama di Jawa atau Sunda, karena tahanan PKI itu kurang lebih 97 %  Sunda Jawa, hanya ada satu dua orang luar Jawa. Jangan sampai terulang pengalaman tim dakwah pertama, bukannya mengobati, tetapi luka yang kecil menjadi besar menganga.

Tetapi aneh sekali, setelah perpindahan agama 7000 orang itu, keluar peraturan dari Kejaksaan Agung, Badan Resetlemen Pulau Buru, saat tidak boleh lagi pindah-pindah agama. Alasannya dapat difahami agar administrasi tidak terganggu. Saya dapat memahami hal itu, walau ada yang memandang, ini gerakan politik. Dapat kita bayangkan, dengan perpindahan agama, maka administrasi sering kacau.

Melihat situasi macam itu, maka tim dakwah kami yang berlima menyusun program sebagai berikut :

  1. Mohon kepada Komandan Tefaat Buru, agar tim dakwah diberi kebebasan bersilaturrahim dengan tahanan di barak-barak, dikebun, disawah, dan dimana saja, dengan kata lain tim dakwah tidak boleh dicurigai akan terpengaruh oleh faham-faham mereka, yang sebelumnya, hal ini dilarang, sehingga kita tidak bebas bersilaturrahim,  memberikan pendidikan perseorangan atau rombongan  di barak-barak. Alhamdu lillah Komandan menyetujui, yang sebelumnya kita tidak bebas berinteraktif dengan tahanan kecuali di Majlis-Majlis Ta’lim atau di Mesjid-Mesjid.
  2. Kita menyusun program yang dalam bahasa Sunda “Dakwah kedah kahartos karaos,” sehingga dengan kebebasan berinteraktif, kita bisa juga menyalurkan bantuan-bantuan kepada mereka baik  perseorangan atau jamaah. Bantuan berupa obat-obatan, pakaian, kacamata, buku-buku  dan lain-lain.

Dengan metoda ini, maka belum cukup setahun, kita bisa mengembalikan 5000 tahanan kembali ke Islam lagi, dan ini ada bantuan juga dari Komandan-komandan Unit walau tidak salat, atau jarang salat, tetapi jiwa dakwah dan ke-Islamannya tidak luntur. Muncul pertanyaan dari Komandan Tefaat Buru, tetapi saya sampaikan bahwa ini bukan pindah agama, tetapi kembali ke agama semula, yang akhirnya atas dukungan para komandan unit, maka perubahan ini dapat diterima.

Dengan dua metoda ini, maka dakwah berjalan lancar, tidak hanya formal di mesjid atau ceramah-ceramah, tetapi kita bisa melaksanakan secara individual di barak-barak, disawah, di ladang dan dimana saja.

Dikalangan mereka, ada beberapa orang yang ahli dalam pengobatan Cina, seperti tusuk jarum, pijit  refleksi, sehingga waktu-waktu libur, kita bisa minta bantuan tusuk jarum atau pijit-memijat, sambil belajar, juga kita bisa membimbing dalam pemantapan akidah dan ibadah, sambil dapat memberikan bantuan ala kadarnya.

Bagi tahanan yang tinggal di Bandung atau Jawa Barat, kita bisa menghubungi keluarganya, sehingga lebih dapat memberikan bantuan lewat keluarganya, karena tugas saya yang diperpanjang satu tahun lagi sehingga  dapat cuti tiga kali karena peraturan tiap enam bulan dapat cuti, maka ini saya gunakan menghubungi keluarga-keluarga mereka, disamping saya gunakan mencari dana bantuan dari kaum muslim di Bandung, dalam rangka merealisasikan “ dakwah kedah kahartos karaos”, banyak kaum muslim yang memberikan bantuan berupa uang maupun berupa obat-obatan, pakaian dan buku-buku perpustakaan, terutama kacamata baca. Keluarga tahanan sangat gembira mendengarkan berita keluarganya yang ditahan di Pulau Buru, baik itu orang tua, ayah dan ibu atau saudaranya, dan menitipkan pakaian-pakain, obat-obatan, vitamin-vitamin, atau uang untuk keluarganya. Bahkan pada cuti yang kedua, dikala tugas setahun berakhir, oleh Drs. Mubarak  dari Penerangan Agama Islam Pusat, saya dibawa ke Yogya, turut menyeleksi Tim Dakwah ke empat di IAIN Yogyakarta, dari 100 orang sarjana terpilih satu orang, yaitu Drs. Bambang Pranggono. Dari lima tenaga tim Dakwah ketiga terpilih dua orang yang diusulkan oleh Komandan Tefaat Buru ke Pusat, yaitu saya dan Drs. Abuseri Dimyati dari Yogyakarta, yang juga disetujui oleh Kelurga sehingga saya dan Drs. Abuseri Dimyati  bersama Drs. Bambang Pranggono sebagai tim Dakwah keempat, dan dua orang yang lain, diantaranya ada dari Medan. Saya dan Drs. Abusaeri Dimyati, sama-sama terdidik di Muhammadiyah, sehingga tugas dakwah itu benar-benar dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, sehingga  Komandan tidak salah pilih.

(bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun