(Akhir 1970 s/d awal 1974)
Bermarkas di Unit VII, dengan tugas meliputi Unit III, Unit VI, Unit XI, Unit XII dan Unit XIII, sehingga tempatnya juga berkeliling, sedang tugas pembinaan berupa ta’lim, ceramah atau diskusi, waktunya  Magrib s/d Isya atau Subuh, atau sekali sepekan ada yang sore. Juga ada ceramah umum hari Ahad subuh atau Ahad sore. Ini tergantung situasi kondisi kegiatan  Unit. Hal ini karena para tahanan bekerja sebagai petani, baik sawah atau ladang, dan ada yang berternak. Bisamping itu ada tugas mengergaji kayu untuk bahan-bahan bangunan. Ada juga tugas insidentil berupa korvei, bertugas ke Namlea atau tugas-tugas lain. Hari Ahad libur, sering diisi dengan Kesenian, sesuai dengan daerah masing-masing, atau kegiatan oleh raga berupa sepak bola atau volly. Sepak bola dan volli sering diselenggarakan juga pertandingan antar Unit, teruma hari-hari besar Nasional.
Karena daerah ini terpencil dari kota, maka dari Departemen Agama Pusat, kita sudah dibekali radio, serta sepeda sebagai alat trasportasi dalam melaksanakan tugas dakwah dari Unit ke Unit, yang jalannya masih tanah, sehingga kalau musim hujan berlumpur, sehingga sepeda tidak bisa jalan karena lumpurnya harus dibersihkan dengan bambu, atau kayu,atau kadang-kadang sepedanya dipikul seratus dua ratus meter menghindari lumpur, baru sudah melewati yang berlumpur, lumpurnya dibersihkan dengan air dan bamboo yang ujungnya tajam.
Selama bertugas di Unit,tidak pernah melihat perempuan. Hanya sekali-sekali ketemu Suku Tersing, yanitu Suku Alifuru, dimana rumah mereka diatas pohon-pohon kayu, yang pakainnya hanya cawat, dengan tombak ditangan kanan, dan parang panjang terselip dikiri dengan sarungnya, serta anjing berburu masing-masing satu ekor atau dua ekor anjing..Agama mereka masih Animisme, sehingga makanannya apa saja yang dapat mereka tangkap, baik berupa babi, rusa atau buaya dan ikan-ikanan. Saya sendiri tidak pernah ketemu dengan perempuan mereka, kecuali Ibu Rajanya.Laki-laki mereka dapat menggunakan bahasa Melayu Maluku, atau Melayu Ambon.Tetapi mereka tidak mengetahui tahun, apalagi jam.
Yang paling lucu, jika ditanya kepada seseorang, berapa umurnya , maka jawabannya ialah tiga bendera, atau dua bendera, atau tiga bendera. Jadi tahun ditentukan oleh ciri yang penting yang dilambangkan dengan bendera. Tiga bendera berarti dia menyaksikan bendera merah-putih-biru (Belanda) berkibar dan menyaksikan bendera Jepang berkibar serta menyaksikan bendera merah putih berkibar. Dua bendera berarti dia hanya menyaksikan bendera Jepang dan Indonesia. Jika satu bendera, dia hanya menyaksikan bendera merah putih berkibar. Sedang kalau anak-anak, maka pengembalian nya kepada banjir yang terkenal dikalangan mereka banjir rusa.Jadi mereka menyebut satu banjir rusa, dua banjir rusa, tiga banjir rusa. Banjir rusa adalah banjir besar yang terjadi setiap 7 tahun, sehingga rusa-rusa yang ada dikubangan-kubangan yang berenang, tinggal menombak saja untuk menangkapnya. Ini terjadi tiap tujuh tahun. Jadi kalau satu banjir rusa berarti umurnya tujuh tahun, dua banjir rusa berarti umurnya 14 tahun, tiga banjir rusa berarti umurnya 21 tahun.
Tetapi intelektualitas mereka juga tingi, karena saya pernah mengalami, ketemu dijalan, terus ada diantara mereka menegur, bapak….bapak….. , itu peti berbunyinya minta ditukar sama ayam jago bapak…. Radio yang saya bawa itu disebut peti berbunyi, minta ditukar dengan ayam jantan. Masak peti berbunyi mau ditukar sama ayam jago…?  Terus dia berkata……ayam jago jika ada betinanya bisa bertelur bapak…. Sedang peti berbunyi tidak bisa bertelur bapak…….Ini pengalaman bertemu dengan suku terasing 1971, yang saat ini pasti sudah terjadi perubahan besar, karena terakhir 1973, kita mendirikan S.D. dan anak-anak baru diajar mandi dan berpakaian serta sekolah, dimana kita mendatangkan Yayasan al-Hilal dari Ambon mendirikan S.D. diperkampungan mereka.
Bulan Maret atau April berniat berkunjung ke Pulau Buru, dan mengunjungi bekas tahanan P.K.I. Pulau Buru untuk nostalgia dan menambah ilmu yang dalam benak saya, betapa besar jasa mereka membangun sawah, ladang, peternakan, jalan-jalan, serta perkampungan. Mudah-mudahan jasa mereka menjadi amal saleh yang mendapat imbangan pahala jariyah disisi Allah SWT. Amin (Bersambung)
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H