[caption id="attachment_92910" align="aligncenter" width="300" caption="gambar illustrasi"][/caption] Postingan ini sekedar mereview kondisi yang ada disekitar kita. Jalur khusus berarti jalur yang diperuntukan untuk kaum tertentu. Jalur khusus hanya dinikmati oleh sekelompok orang pilihan. Sisanya terpaksa menggunakan jalur umum, termasuk saya lebih banyak menikmati jalur umum.
Jalur khusus lebih banyak dinikmati oleh orang karena jabatannya, karena pangkatnya, karena kekuasaannya, karena memiliki banyak uang. Yang tidak termasuk dalam kategori itu ya bersama saya kita ucapkan selamat menikmati jalur umum. Yang lebih parahnya lagi, terkadang seseorang sudah menikmati jalur khusus, masih juga mencari peluang merampas jalur umum. Sungguh tamak dan serakah.
Jalur umum bukan semata-mata terbatas pada phisik jalanan yang dilalui kendaraan darat, laut, udara ataupun sungai. Akan tetapi jalur umum bisa berkonotasi lebih luas lagi.
Seseorang bisa masuk dan diterima jadi PNS karena menggunakan jalur khusus. Segala jenis urusan bisa tuntas karena menggunakan jalur khusus. Makelar kasus adalah salah satu jalur khusus. Khusus orang-orang yang mampu membayar berapa pun cost yang ditimbulkan, asalakn kasusnya selesai dan menggembirakan. Tidak peduli dengan orang lain.
Jalur khusus juga terjadi pada layanan PLN, meski tiba pemadaman bergilir beberapa gedung bangunan mewah tetap menyala, bukan karena menggunakan genset. Tapi menggunakan jalur khusus dari jaringan pln.
PDAM juga demikian, ditempatku air biasanya jalan 2 kali 1, artinya setiap 2 hari air mengalir 1 kali. Itupun tidak utuh selama 24 jam mengalirnya. Tapi tidak aneh, masih juga ada bangunan khusus yang airnya pengalir non stop dari hari ke hari, itupun karena jalur khusus.
Masih ingat sel seorang narapidana yang bernama Artalita? Bukan main, itu adalah salah satu contoh jalur khsusus yang membuat sel jadi hotel berbintang dengan pelbagai fasilitasnya.
Dari manakah datangnya kebijakan jalur khusus itu? Yang pasti jalur khusus telah membuat jurang yang sangat dalam sesama anak bangsa. Rakyat jelata seperti saya hanya bisa “makan hati” melihat kondisi seperti itu.
Aneh memang. Ketika para pengguna jalur khusus berpidato, dengan pede dan semangat yang berapi-api sering kali mengatas namakan rakyat. Maka tidak heran kalau Tuhan marah dan menurunkan bencana demi bencana. Lebih parah lagi anggaran untuk merehabilitasi bencana juga masih disunat karena atas nama jalur khusus
salam kompasiana, inggito meohai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H