Perbedaan pemahaman dalam beragama islam (dan agama apa pun juga), adalah kenyataan riil yang kita hadapi. Maka kita melihat hadirnya kotak-kotak pemahaman dengan wadahnya masing-masing. Hanya sebagai contoh, apakah itu Muhammadiyah, NU, Al-Irsyad dan lain sebagainya.
Padahal semua pihak bila kita bertanya, pada hakekatnya mengikuti sabda Rasulullah saw :
تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا مَسَكْتُمْ بِهِمَا، كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيّهِ. مالك
Aku telah meninggalkan padamu semua dua perkara, yang kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya (Al-Hadits). [HR. Maalik]
Semua pasti mengikuti sabda nabi diatas. Bila terjadi perbedaan, itu karena khilafiyah diantara mereka. Khilafiyah berasal dari kata khilaf, maksudnya KEKELIRUAN ATAU KESALAHAN YANG BUKAN KARENA DISENGAJA.
Jadi, perbedaan itu bukan karena mereka ingin mengubah tuntunan agama ini. Khilafiyah bisa disebabkan oleh berbagai macam seperti pemahaman ilmu, pengambilan ilmu, sandaran ilmu, kemampuan membedah ilmu dsbnya. Semua berpangkal kepada ilmu. Oleh sebab itu hendaklah setiap pribadi umat Islam senantiasa mencari ilmu (agama) dari sejak dalam buaian sampai akhir hayat. Sebab mencari ilmu (agama) itu wajib.
Apakah pencarian ilmu (agama) itu nanti sampai pada maqom tersempurna? Dan apakah yang tersempurna itulah satu-satunya yang berhak masuk surga, sedang yang belum sempurna masuk neraka?
Urusan surga dan neraka, urusan kesempurnaan ilmu (agama) dan kesempurnaan pengamalannya, maka kembalikanlah hal itu kepada ridho Allah Ta'ala. Yang perlu kita tunjukkan kepada Allah Ta'ala adalah keseriusan setiap diri pribadi dalam mendalami ilmu (agama) ini, dan dengan mengembalikan dasar ilmu (agama) kepada sabda Rasulullah SAW di atas tadi, yaitu Al-Quran dan Al Hadis. Apakah hidup keseharian kita sudah disandarkan pada dua hal itu?
Oleh sebab itu adanya perbedaan pemahaman, harus dianggap sebagai proses pencarian kebenaran ilmu agama yang hakiki. Dan perlu kita pahami, tidak ada manusia yang bisa mengklaim hanya dirinya sendiri atau ORANG-ORANG YANG SEPAHAM (saya beri huruf besar untuk tidak mengatakan sebagai KELOMPOKNYA/FIRQOHNYA/GOLONGANNYA) -lah yang telah memperoleh kebenaran hakiki itu. Semuanya adalah proses pendekatan kepada kebenaran hakiki tersebut, dan kebenarannya hanya Allah Ta'ala yang Maha Tahu. Maka, jangan memperjurang perbedaan, sedangkan Rasulullah SAW bersabda :
اَلاَ اُخْبِرُكُمْ بِاَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصَّلاَةِ وَ الصّيَامِ وَ الصَّدَقَةِ؟ قَالُوْا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ. صَلاَحُ ذَاتِ اْلبَيْنِ. الترمذى و ابو داود
“Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik daripada pahala shalat, puasa dan shadaqah ?”. Para shahabat menjawab, “Tentu ya Rasulullah”. Nabi SAW bersabda, “Memperbaiki hubungan sesama saudara (mendamaikan perselisihan)”. [HR. Tirmidzi dan Abu Dawud]