Mohon tunggu...
Muchroji M Ahmad Muhadi Ibnu Ahmad
Muchroji M Ahmad Muhadi Ibnu Ahmad Mohon Tunggu...

dunia ini hanya sesaat, pastikan ujungnya mulia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kucing Tetangga

22 Mei 2013   09:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:12 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tetangga rumah senang sekali dengan kucing, ia memelihara kucing di rumahnya tidak hanya satu, tapi cukup banyak. Kalau ia pulang dari bepergian, kucingnya mengikutinya, ia tahu kalau ia akan dikasih makan, dan biasanya begitu, ia selalu membawa makanan untuk kucingnya setiap kali pulang. Dan nampaknya semua keluarganyamenyenangi kucing, sering terlihat ikut memberi makanan kalau ibunya lupa atau punya kesibukan lain.

Tetangga rumah lainnya, kebetulan tidak menyukai kucingnya, bukan tidak suka pada kucingnya, tapi karenabau kotorannya yang selalu menyengat pagi saat membuka pintu bangun tidur. Yang lewatpun sering kali mengumpat-ngumpat karena baunya yang membuatnya mau muntah, sambil berjalan biasannya ia teriak-teriak tentang tahi kucing yang bau, menunjukkan ketidak sukaannya dan kesal, karena pagi-pagi sudah disuguhi bau tahi kucing yang membuatnya mau muntah.

Saat dikasih tahu dan dibicarakan dengan baik-baik, tetangga pecinta kucing menjelaskan, bahwa ia dan keluarganya memang senang dengan kucing. Bukan sekedar suka, tapi ia mempunyai keyakinan akan keberkahan dan rezeki yang didapatinya. Ia yakin sekali dengan memelihara kucing akan mendapatkan rezeki yang banyak, semakin banyak kucing yang dipeliharanya semakin banyak rezeki yang didapat, begitu kira-kira keyakinannya akan kucing. Karenanya pula ia tidak menggubris orang yang menyindirnya akan kucing peliharaannya. Bukan ia tidak tahu kalau orang tidak suka dengan kucingnya, ia tahu benar banyak orang yang sengaja bicara keras-keras agar didengarnya mengenai tahi kucing yang bau dan membuat orang mau muntah. Ia tahu itu, tapi karena keyakinannya ia tetap saja memeliharanya.

Untuk menghindari dan mengurangi protes bau tahinya, ia berupaya bangun pagi dan membuangnya sebelum orang lewat, atau tetangga teriak-teriak karena kebauan. Tapi karena mengharuskannya setiap pagi, kadang dan mungkin sering juga ia terlambat bangun, sehingga protes dan teriakan yang lewat selalu saja ada, menyambut pagi saat matahari bangun dari tidurnya.

Lantas bagaimana tentang kucing dan memeliharanya, kerana ia ada sejak lama, entah sejak kapan, di zaman Rasulullah ada sahabat yang dijuluki dengan abu hurairah, yang maknanya bapak kucing, karenakucing yang dipeliharnya memang banyak, ia Seorang sahabat yang juga ahli hadist, nama sebenarnya adalah Abdurrahman bin Sakhr Al Azdi.

Pada dinasti Mamluk, masa kekuasaan Baybas Al Zahir, dibuatkan taman-taman khusus bagi kucing dan disediakan juga berbagai jenis makanannya. Tradisi ini terus berlanjut dan dibangun di berbagai sudut kota Cairo , sampai terbit buku tentang kucing dengan judul cats of Cairo.

Seorang Sufi ibnu bashad yang hidup pada abad ke sepuluh bercerita, suatu saat ia dan sahabat-sahabatnya sedang duduk santai melepas lelah di atas atap masjid kota kairo sambil menikmati makan malam. Ketika seekor kucing melewatinya, Ibnu Bashad memberi sepotong daging kepada kucing itu, namun tak lama kemudian kucing itu balik lagi, setelah memberinya potongan yang ke dua, diam-diam Ibnu Bashad mengikuti kearah kucing itu pergi, hingga akhirnya ia sampai disebuah atap rumah, dan didapatinya si kucing tadi sedang memberi sepotong daging yang diberikannya kepada kucing lain yang buta kedua matanya. Peristiwa ini sangat menyentuh hatinya hingga ia menjadi seorang sufi sampai ajal menjemputnya pada tahun 1067.

Kisah lain mengenai kucing, berkenaan dengan keteladanan, ada seekor kucing peliharaan yang dipercaya oleh seorang pria, untuk menjaga anaknya yang masih bayi dikala ia pergi selama beberapa saat. Bagaikan prajurit yang mengawal tuannya, kucing itu tak hentinya berjaga di sekitar sang bayi. Tak lama kemudian melintaslah ular berbisa yang sangat berbahaya di dekat si bayi mungil tersebut. Kucing itu dengan sigapnya menyerang ular itu hingga mati dengan darah yang berceceran.

Sorenya ketika si pria pulang, ia kaget melihat begitu banyak darah di kasur bayinya. Prasangkanya berbisik, si kucing telah membunuh anak kesayangannya! Tak ayal lagi, ia mengambil pisau dan memenggal leher kucing yang tak berdosa itu.

Tak lama kemudian, ia kaget begitu melihat anaknya terbangun, dengan bangkai ular yang telah tercabik di belakang punggung anaknya. melihat itu, si pria menangis dan menyesali perbuatannya setelah menyadari bahwa ia telah mebunuh kucing peliharaannya yang telah bertaruh nyawa menjaga keselamatan anaknya. Kisah ini menjadi refleksi bagi masyarakat islam di timur tengah untuk tidak berburuk sangka kepada siapapun.

Di masa Rasulullah Muhammad Saw, Kucing menjadi peliharaan para sahabat, dan nabupun memeliharanya, Mueeza namanya. Suatu saat, di kala Rasulullah Sawmengambil jubahnya, ditemuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, Rasulullah Saw, memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya.

Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, Rasulullah Saw, mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak 3 kali. Dalam aktivitas lain, setiap kali Rasulullah Saw, menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang Nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar adzan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.

Rasulullah Saw, menyuruh menyayangi kucing dan melarang memusuhinya, apalagi sampai mencelakakannya. Dalam sebuah hadist shahih Al Bukhari, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi Muhammad SAW pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa neraka.

Dari Ibnu Umar RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seorang wanita dimasukkan kedalam neraka karena seekor kucing yang dia ikat dan tidak diberikan makan bahkan tidak diperkenankan makan binatang-binatang kecil yang ada di lantai” (HR. Bukhari).

Di samping tidak boleh menyiksa kucing, Rasulullah Saw, juga menjelaskan bahwa kucing tidak najis, dibolehkan wudhu dengan menggunakan air bekas minum kucing*1. Diriwayatkan Ali bin Al-Hasan dan Anas menceritakan bahawa Nabi Saw pergi ke suatu daerah di Madinah. Lalu beliau berkata, “Ya Anas, tuangkan air wudhuk untukku ke dalam bekas”. Lalu Anas menuangkan air. Ketika sudah selesai, Nabi menuju bejana. Namun terdapat seekor kucing datang dan menjilati bekas air tersebut. Melihat kejadian itu, Nabi berhenti sehinggakan kucing tersebut berhenti minum lalu Rasulullah berwudhuk. Nabi ditanya mengenai kejadian tersebut, beliau menjawab, “Ya Anas, kucing termasuk perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu, malah tidak ada najis”.

Dari Kabsyah bintu Ka’ab bin Malik, bahwa beliau menjadi istri salah satu anak Abu Qatadah. Suatu ketika sahabat Abu Qatadah datang menjenguknya, diapun menyiapkan air wudhu untuk bapak mertuanya. Tiba-tiba datang seekor kucing ingin minta minum air itu. Abu Qatadah-pun membiarkan kucing itu untuk minum. Kabsyah melihat kejadian ini keheranan. Kemudian Abu Qatadah menjelaskan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang kucing:

إنها ليست بنجس، إنها من الطوافين عليكم والطوافات

Kucing itu tidak najis. Kucing adalah binatang yang sering berkeliaran di tengah-tengah kalian.” (HR. Ahmad, Nasai, Abu Daud, Turmudzi, dan dishahihkan al-Albani).

Dalam riwayat lain dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan:

وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ بِفَضْلِهَا

Saya melihat Rasulullah berwudhu dengan air sisa minum kucing.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan al-Albani).

Ibrahim an-Nakhai mengatakan, seperti yang dinukil az-Zamakhsari:

إنما الهرة كبعض أهل البيت

“Kucing itu seperti bagian dari keluarga.”- maksudnya sama sekali tidak najis badannya dan liurnya.

Demikian mengenai memelihara kucing, diperbolehkan dan bahkan diperintahkan untuk menyayanginya, jika ingin memeliharanya periharalah dengan baik, tidak boleh menyakitinya, baik dengan pisik memukul atau dengan tidak memberinya makan. Dan juga sampai tetangga terganggu dengan bau kotorannya, sehingga seharusnya dipelihara dengan baik dan tidak buang kotoran di sembarang tempat-dibuatkan kandang untuknya. Wallahu’alam, mr-mei2013.

---------

Dari hasil penelitian, diketemukan pakta Pada kulit kucing terdapat otot yang berfungsi untuk menolak telur bakteri. Otot kucing itu juga dapat menyesuaikan dengan sentuhan otot manusia., dan air liurnya tidak mengandung bakteri, atau najis.

Permukaan lidah kucing tertutupi oleh berbagai benjolan kecil yang runcing, benjolan ini bengkok mengerucut seperti kikir atau gergaji. Bentuk ini sangat berguna untuk membersihkan kulit. Ketika kucing minum, tidak ada setetes pun cairan yang jatuh dari lidahnya. Sedangkan lidah kucing sendiri merupakan alat pembersih yang baik, permukaannya yang kasar bisa membuang bulu-bulu mati dan membersihkan bulu-bulu yang tersisa di badannya. Lihat fakta ilmiah keistemewaan kucing, http://rejekiangka.blogspot.com/2013/01/menguak-rahasia-keistimewaan-kucing

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun