Nah, apa lagi signifikansi Tamu Kehormatan itu? Apakah mereka lantas merubah persepakbolaan tanah air. Apakah lantas nasionalisme dan rasa kepemilikkan sepak bola kita (PSSI) berubah? Apakah nasib tim dan pemain juga akan terjami ke depannya?
Sebaliknya, bolehlah kita balik pertanyaanya.
Apa signifikasi para tamu kehormatan duduk di kursi kehormatan GBK bagi mereka sendiri? Apa manfaat bagi para pejabat itu ketika mereka menjadi bagian dari suporter untuk jabatan mereka sendiri?
Kenyataannya, keuntungan selalu berpihak kepada para tamu kehormatan. Inilah yang disebut perang pertunjukkan dimana kita di suguhkan dengan penampilan ciamik Zulham Zamrun sekaligus kehadiran para "Tamu Kehormatan". Kita pun terpecah, terkadang melihat pemain di lapangan, dan pada saat yang bersamaan kamera tertuju pada Tamu kehormatan.
Di sinilah, proses pelupaan atas semua masalah sepak bola itu sukses teratasi. Di sinilah pertunjukan ketika para tamu kehormatan seolah-olah sudah mampu menyelesaikan permasalahan sepak bola kita. Kita disisipi rasa optimisme karena negara terlibat. Tapi, kenyataannya, bukankah cara-cara seperti ini sudah ada sejak zaman Sukarno dulu tapi prestasi sepak bola kita tak beranjak dari ketertinggalan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H