Mohon tunggu...
Muchlis
Muchlis Mohon Tunggu... -

Sangat tertarik dengan sejarah, sastra, dan budaya. Kunjungi: www.berandaesai.blogspot.com dan @lekmuchlis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merenungi Hari Pahlawan

10 November 2013   09:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:22 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 10 November 1945, bangsa Indonesia menorehkan peristiwa sejarah yang dramatis. Belum genap tiga bulan selepas proklamasi kemerdekaan, rakyat Surabaya sudah harus berjuang mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih. Rakyat Surabaya, atau lebih populer dengan sebutan "arek" Surabaya, yang terdiri dari semua golongan warga kota, menyingsingkan baju dan mengangkat senjata untuk mempertahankan kota tercintanya dari usaha penguasaan oleh tentara sekutu.

Sejarawan M.C Ricklef dalam buku Sejarah Indonesia Modern menyebut peristiwa di Surabaya sebagai "ajang pertempuran yang paling hebat selama Revolusi, sehingga menjadi lambang perlawanan nasional." Dan benarlah, pertempuran Surabaya kemudian turut menyulut semangat perlawanan terhadap tentara asing, baik Jepang, sekutu, maupun Belanda, di kota-kota lain.

Permulaan pertempuran 10 November berawal dari kedatangan sekitar 6.000 serdadu Inggris yang tiba di Suarabaya sejak tanggal 25 Oktober 1945. Serdadu yang mayoritas berkebangsaan India (disebut tentara Gurkha) ini mendapat tugas melepaskan tawanan perang yang ditahan semasa pendudukan Jepang.

Namun demikian kedatangan tentara asing tersebut disambut dengan rasa penuh curiga oleh rakyat Surabaya. Terdapat kesan bahwa tentara Inggris bukan hanya bermaksud melepaskan para tawanan perang, melainkan juga ingin merebut otoritas penguasaan atas kota Surabaya.

Tak menunggu waktu lama, pertempuran pun berkobar. Kira-kira 10-20 ribu anggota Tentara Keamanan Rakyat dan 70 ribu sampai 140 ribu rakyat membunuhi kebanyakan pasukan-pasukan Inggris. Jalannya pertempuran benar-benar meletus, setelah pihak Inggris marah atas terbunuhnya panglima pasukan Inggris , Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.

Pada tanggal 10 November 1945 subuh, pasukan Inggris melakukan aksi yang disebut Ricklef sebagai "pembersihan berdarah" di suluruh sudut kota. Serangan mengerikan itu dibalas dengan pertahanan rakyat yang galang oleh ribuan warga kota. Daripada mengikuti ultimatum meletakan senjata dan meninggalkan kota, arek Surabaya justru memilih tetap bertahan meskipun konsekuensi pilihan tersebut berarti adalah jatuhnya korban jiwa.

Pihak Inggris dalam waktu tiga hari telah berhasil merebut kota. Akan tetapi, pertempuran baru benar-benar reda setelah tiga minggu. Hal ini menandakan betapa gigihnya perlawanan arek Surabaya. Dari pertempuran itu, 6000 rakyat Indonesia gugur dan ribuan lainnya meninggalkan kota.

Hingga sekarang, peristiwa pertempuran Surabaya diperingati sebagai Hari Pahlawan. Peringatan ini tidak hanya sekedar untuk mengajak seluruh rakyat Indonesia mengingat peristiwa heroik arek Surabaya, tetapi juga merenungi kembali pengorbanan mereka kepada tanah air yang mereka cintai. Mari kita meniru semangat juang para pahlawan yang telah gugur dengan berkontribusi terhadap perkembangan bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun