Dari kutipan perkataan tersebut, dapat kita merenung bahwasanya menjadi hambaNya menunjukan kedekatan denganNya, maka itulah sebabnya menjadi hamba merupakan sebuah kemuliaan, tentu yang kita harapkan adalah mulia dihadapanNya. Pertanyaannya kemudian, sudahkah kita menjadi hamba dan menghamba hanya kepadaNya?
Lawan dari penghambaan adalah peng-aku-an, maka dari itu iblis menjauh dari Tuhan karena peng-aku-annya. Ia katakan, bahwa aku ini dari api dan Adam dari tanah (al-A'raf: 12). Penghambaan kepada Allah adalah menyadari bahwa Allah memiliki segalanya dan manusia tidak memiliki apa-apa, lawan kata dari peng-aku-an yang selalu menunjukan bahwa diriNya adalah ada dan memiliki segalanya.Â
Misal, Ketika ada manusia yang tidak melaksanakan ibadah salat, maka pada saat itu ia menunjukan dirinya sebagai tuhan yang tidak mau menghambakan diri. Ketika ada manusia enggan menjalankan puasa, maka pada saat itu ia menghambakan diri pada keegoan (keakuannya), dengan menuruti nafsu dan keinginan belaka, maka patut dikatakan bahwa pada saat itu ia menyekutukan Tuhan. Boleh jadi saat ini, kita jauh dari kedudukan sebagai seorang hamba, terkadang manusia menjadi tuhan meskipun pada lisannya ia mengatakan dirinya hamba.
Penghambaan puncak seorang manusia, ketika ia menyadari bahwa dirinya hanyalah manifestasi Tuhan, keberadannya hanyalah sebuah bayangan. Bayangan akan senantiasa bergantung pada pemilik bayangan, sebuah keniscayaan bayangan akan selalu tunduk pada ke-Ada-an Dia yang hakiki. Jika selama ini anda menuhankan diri, berhijrahlah untuk menjadi hamba yang menghinakan diri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H