Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Catatan 20 Tahun Reformasi

22 Mei 2018   20:45 Diperbarui: 22 Mei 2018   20:52 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(nasional.kompas.com)

Sosial media diciptakan untuk menumbuhkan mental  positif dan  "nguri nguri" peradaban, malah dimanfaatkan secara negatif yang akhirnya menghilangkan peradaban. Perkelahian  antar pelajar, tawuran antar kampung, antar suporter, antar agama sangat mudah terjadi. Semuanya ini dapat dikatakan akibat reformasi yang berdasar ambisi dan setengah hati.

Fenomena ini tidak boleh dibiarkan, semua elemen bangsa harus melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan cita cita reformasi yang smapai sekarang bertercapai. Langkah mendasar, harusi dimulai dari para pemimpin nasional,  tidak cukup hanya sebagai dengan kata kata tetapi pemimpin harus mampu menjadi contoh (uswah) dalam berbagai sikap kepribadian dan perilaku. Pemimpin bukan sebagai majikan rakyat melainkan benar benars ebagai pelayan rakyat (khadim al ummah).

Langkah berikutnya, dalam melakukan kebijakan benar benar didasarkan perencanaan yang matang. Jangan terkesan asal buat kebijakan, asal buat undang undang, tetapi dikemudian hari banyak kekurangan sehingga terkesan gonta ganti kebijakan dan sangat sring melakukan revisi undanag undang. Yang tidak kalah pentingnya adalah hubungan antara penguasa dengan rakyatnya harus benar benar harmonis dalam artian saling memahami tugan dan tanggung jawabnya.

Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya mengatakan hubungan antara penguasa dengan rakyatnya ibarat sosok manusia yang terdiri dari aspek fisik (lahir)  dan psikologis (batin)  yang tidak mungkin dipisahkan satu dengan lainnya. Mementingkan  fisik meninggalkan  psikologis (batin) menjadi orang gila, sebaliknya mementingkan  psikologi (batin) meninggalkan  fisik (lahir) tidak akan bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun