Mohon tunggu...
Muchammad Rafi
Muchammad Rafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki hobi sepak bola dan membaca buku sejarah konten yang mau di buat tentang sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembrontakan PETA

7 Mei 2024   14:39 Diperbarui: 7 Mei 2024   14:57 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemberontakan PETA di Blitar yang mencapai puncaknya pada 14 Februari 1945 dipelopori oleh Supriyadi (ejaan lama: Soeprijadi). Ia adalah anggota PETA berpangkat shodancho. Dibentuknya PETA justru telah menghadirkan semangat nasionalisme dan sikap patriot di antara pemuda Indonesia, termasuk Supriyadi.

Supriyadi merasa resah dengan nasib rakyat Indonesia di bawah pendudukan pemerintah Jepang. Banyak orang yang dijadikan pekerja paksa (romusha), dibebani pajak tinggi, bahkan dirampas hasil pertaniannya. Perlakuan tentara Jepang terhadap kaum perempuan Indonesia juga menjadi alasan kebencian Supriyadi terhadap bangsa penjajah itu.

Di dalam PETA sendiri juga muncul perlakuan diskriminasi. Prajurit pribumi atau orang Indonesia diwajibkan memberi hormat kepada tentara Jepang, sekali pun orang Jepang itu berpangkat lebih rendah

Tanggal 14 Februari 1945 di Blitar yang menjadi tempat penugasan Supriyadi, aksi pemberontakan atau perlawanan PETA terhadap Jepang dilakukan. Beberapa tentara Jepang tewas akibat gerakan ini. Pasukan PETA pimpinan Supriyadi juga berhasil membawa banyak perlengkapan dan logistik, termasuk persenjataan.

Sayangnya, Jepang langsung bertindak cepat yang membuat Supriyadi gagal menggerakkan kesatuan lain untuk ikut bergabung dengannya. Jepang mengirim pasukan untuk memburu Supriyadi dan para pengikutnya.

Beberapa tentara PETA yang mendukung Supriyadi ditangkap dan diadili di Jakarta. Total ada 68 orang yang ditangkap, 8 orang dihukum mati, dan 2 orang dibebaskan. Namun, di antara mereka tidak ada Supriyadi.

Supriyadi menghilang saat Jepang mengerahkan pasukannya ke Blitar dan nasibnya masih menjadi misteri yang belum tuntas terjawab hingga saat ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun