Mohon tunggu...
Muchammad Jordan Fathuzzaman
Muchammad Jordan Fathuzzaman Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa UIN SUNAN KALI JAGA Fakultas Ilmu Sosio dan Humaniora Prodi Ilmu Komunikasi Jurnalistik UIN SUKA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hilangnya Permainan Tradisional

9 September 2015   21:20 Diperbarui: 9 September 2015   21:20 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Permainan adalah suatu kegiatan / aktifitas rekreasi dengan tujuan bersenang senang, olahraga, mengisi waktu luang, dll yang bisa di lakukan sendiri atau dengan berkelompok. Permainan ada 2 jenisnya, Permainan modern dan Permainan tradisional. Permainan modern adalah permainan yang menggunakan alat yang sudah modern, seperti Plays Station, PSP, Nintendo, Game Online, dll. Sedangkan untuk permainan tradisional adalah permainan yang menggunakan alat alat yang tradisional seperti egrangan, setinan( kelereng ) , petak umpat, loncat tali, jintot, dll. Di era yang serba modern ini, banyak sekali permainan tradisional yang di tinggalkan. Mengapa hal ini bisa terjadi ?.

Ada banyak hal untuk menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Sebagai contoh salah seorang pemain Playstasion bernama Thoriq berkata “ saya sering bermain PS karena menurut saya itu sebagai hiburan semata tanpa mengeluarkan banyak energi, saya kan sering bermain Sepak Bola di PS jadi saya bisa mengatur strategi seperti layaknya pelatih sepak bola dalam sebuah tim secara digital tanpa harus memiliki team seperti dunia nyata”. Dan beberapa anak kecil yang di warnet mengatakan “ game online sama tradisional sama sama mengasyikan tapi lebih mengasyikan game online karena game online tidak mengeluarkan banyak energi tapi mampu merefresing kan pikiran”. Dari 2 pernyataan tersebut dapat kita ketahui mengapa anak anak suka permainan modern daripada permainan tradisional. Permainan modern lebih dapat merefresingkan pikiran, tidak membuang banyak energi , bisa di lakukan di mana dan kapan saja, dan dapat bertemu dengan banyak pemain modern lain yang mereka tak kenal.

Namun bukan berarti semua anak anak bermain permainan modern, ada beberapa anak yang masih aktif bermain permainan tradisional. Menurut Yogi pemain game tradisional berkata “ aku lebih asyik main petak umpet, dan sepak bola karena lebih asyik bermain bersama teman teman sebaya, aku tidak suka permainan yang di warnet karena orang tua saya melarang dan menurut saya itu pemborosan”. Ada juga remaja bernama Nur Kalim yang sangat menyukain permainan tradisional dari pada modern, dia berkata “ saya lebih suka anak anak bermain Tradisional Game ketimbang pada ke warnet atau ke rental PS hanya untuk bermain permainan yang membuat mereka kecanduan dan hanya menghabiskan uang serta waktu mereka dengan sia sia, kan banyak sekali permainan tradisional yang lebih mengasah kekompakan, kecerdikan, dll. Itu kan permainan nenek moyang kita yang harus di lestarikan dari generasi ke generasi. Lagi pula banyak sekali permainan tradisional yang 100.000% lebih asyik dari pada Cuma menatap layar dan bermain sendirian”.

Dari beberapa pernyataan ini, dapat kita ketahui mengapa permainan modern lebih di sukai ketimbang permainan tradisional. Para pemain modern lebih menyukai permainan modern karena mereka rasa mereka mampu mengekspresikan diri mereka dan mampu mebuat merefresingkan pikiran mereka dari kepenatan di dunia, selain itu para pemain modern tidak membutuhkan tempat yang luas, dapat di lakukan dimana dan kapan saja, dan sebagai sarana untuk belajar sesuatu yang belum pernah mereka lakukan. Hal ini lah yang menyebab kan mengapa permainan modern lebih di sukai di kalangan anak anak jaman sekarang ketimbang permainan tradisional. Padahal permainan tradisional tidak kalah menyenangkan dari permainan modern, hanya saja mungkin hanya belum ter sosialisasikan dengan baik dan benar. Kalau saja permainan tradisional dapat ter sosialisasikan dengan benar, mungkin para pemain permainan modern akan lebih memilih permainan tradisional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun