Lebih dari itu, penulis justru khawatir ada pembelahan opini di masyarakat. Katakanlah para ASN menolak sumbangan "sukarela" itu dan lalu informasinya sampai ke telinga masyarakat. Akan ada semacam pelabelan dari masyarakat jika ASN tidak mau berbagi kepada masyarakat yang kurang mampu. ASN yang selama ini dikenal memiliki gaji bulanan yang pasti justru menolak berbagi dengan masyarakat yang penghasilannya fluktuatif tiap bulan. Bahkan ada juga kalangan masyarakat yang kerja hari ini untuk makan hari ini.
Justru pada momen seperti ini "gorengan" informasi seperti ini bisa saja mudah diterima masyarakat yang sedang dalam kondisi tidak secara ekonomi. Artinya, jika ASN menolak sumbangan tersebut maka yang dikhawatirkan adalah dampak secara sosial. Padahal, ASN juga sama seperti masyarakat pada umumnya. Seperti diungkapkan oleh Anggota Komisi B DPRD Kota Malang, Arif Wahyudi dalam sebuah wawancara, para ASN gajinya sudah habis untuk keperluan membayar hutang, sehingga rata rata mengandalkan dari TPP untuk biaya hidup mereka selama satu bulan.
Artinya, pemotongan secara "sukarela" dengan besaran presentase yang sudah ditentukan menurut pendapat para wakil rakyat di DPRD Kota Malang merupakan gagasan yang kurang bijak. Apalagi ASN bukan saja mereka yang bekerja di kantoran, melainkan para guru dan tenaga kesehatan yang sama sama mencari mafkah untuk makan keluarganya.
Pada akhirnya, penulis ingat apa yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang mengimbau kepada seluruh ASN untuk belanja di warung tetangga, UMKM dan juga PKL. Kebijakan ini mirip pada era Presiden Abdurrahman Wahid pada saat krisis ekonomi. Kala itu, Menteri Rizal Ramli menggelontorkan banyak tambahan dana kepada ASN agar mereka bisa berbelanja dan menghidupkan kembali roda perekonomian. Jika memang kebijakan tersebut efektif untuk menggairahkan kembali sektor perekonomian, lantas apakah efektif juga pemotongan TPP ASN untuk membantu mengatasi Pandemi Covid-19?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H