Kisah Cinta dengan Sentuhan Sufistik
Tahun 2008 aktor ternama asal India, Shah Rukh Khan merilis film terbarunya berjudul "Rab Ne Bana Di Jodi". Mengusung genre drama komedi, awalnya penulis menduga film ini hanya sekadar menampilkan adegan khas sang aktor jika tampil dalam film dengan tema serupa.
Sebut saja film "Dilwale Dulhania Le Jayengee", "Duplicate", "Yess Boss" atau "English Babu Desi Mem". Pada empat film yang penulis sebut, Shah Rukh Khan sangat ikonik dan sukses berperan sebagai pemain utama dengan ciri khas yang dibawakannya.
Beradu akting dengan aktris yang sedang naik daun, Ansuhka Sharma, ternyata film ini jauh diluar apa yang saya bayangkan. Shah Rukh Khan tampil luar biasa dengan kualitas akting yang mumpuni.
Lebih dari itu, ini adalah film cinta berbalut religi, lantaran banyak pesan sufistik di dalamnya. Sehingga untuk menikmati film India dengan muatan religi, penulis tak perlu mencari judul yang dilekatkan dengan simbol agama tertentu, seperti di Indonesia, seperti "Ayat-ayat Cinta", "Munajat Cinta", dan beberapa film egoistis yang melegimitasi poligami atas nama agama.
"Rab Ne Bana Di Jodi", sebagaimana penulis singgung, mengandung anasir-anasir sufisftik baik yang terdapat tema kisah besarnya maupun dalam lirik lagu yang diusung dalam soundtracknya.
Film ini secara garis besar berkisah tentang keikhlasan seorang pria yang mencintai kekasihnya. Sampai-sampai ia rela tidak menjadi dirinya sendiri, demi kekasih yang dicintainya.
Dalam satu dialog yang fenomenal dalam film ini, karakter Suri yang diperankan Shah Rukh Khan berujar jika cinta itu muara utamanya adalah dari hati, bukan dari penampilan.
Dalam konteks fisik, Suri bisa menjadi siapapun, tapi tetap hatinya hanya untuk yang maha kasih dan dalam film ini ada pada personifikasi Taania yang diperankan Anushka Sharma.
Apa yang disampaikan Suri mengingatkan saya akan sebuah kalimat sufistik dalam bahasa arab, yang kira-kira bunyinya begini "Innallaha Laa Yandzur Shawarikum, Walaa Kinnallaha Yandzur Qolbikum," (Allah tidak melihat hamba dari kondisi fisiknya, melainkan menilai hambanya dari keikhlasan hatinya).
Gambaran Suri dalam kisah film itu tak lain adalah seorang pecinta yang mencintai kekasihnya dengan sangat ikhlas. Kisah Suri sebagaimana disebutkan Makhfud Ikhwan dalam sebuah tulisannya, seperti cerita Rabiah Al Adawiyah yang tulus ikhlas mencintai Tuhannya.