Mohon tunggu...
Muchammad Soffa
Muchammad Soffa Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

SMAN 1 PRAMBON NGANJUK

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perang Gerilya

5 April 2020   22:24 Diperbarui: 5 April 2020   22:23 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Virus corona semakin hari semakin ganas menyebar tanpa batas. Dari satu titik ke titik lain menebar ketakutan setiap manusia. Virus corona seperti dewa manusia tanpa daya harus patuh padanya. Dia sudah bersumpah akan mati jikalau manusia berdiam diri. Tanpa manusia dia akan layu lantas berguguran mati dengan sendirinya. Pengikut setianya saja masih berusaha agar virus corona berkembang.

Siapa saja pengikut setia virus corona pertama manusia tidak pernah cuci tangan, dengan tidak  mencuci tangan maka virus menempel akan ikut tertelan waktu makan. Kedua manusia sering berkumpul, baik mendapat undangan atau ketempat ibadah. Ketiga tidak melakukan olahraga, dengan tidak melakukan olahraga maka virus senang bahkan bila perlu di beri selimut putih agar tidur nyenyak selamanya.

Kepala daerah belum kena dampak sudah berusaha untuk memutus rantai penyebaran virus ini dengan jalan menutup akses keluar masuk manusia. Hal ini dilakukan karena pemerintah daerah sangat peduli terhadap kelangsungan warganya. Seperti yang dilakukan kepala daerah Papua beliau mengambil inisiatif agar warga keluar masuk diperiksa. Demikian juga di daerah lainnya mereka berlomba perang terhadap virus corona.

Kalau daerah lain ditutup daerah lainnya tetap melakukan aktivitas lalu apa dampaknya ?. Perang gerilya perlu kalau ada lawan kelihatan, ini lawan bukan musuh juga bukan. Perang gerilya bagus kalau musuh kelihatan dengan mengambil jalan serang lari dan serang lari lagi. Indonesia sekarang sudah meninggalkan pola itu seharusnya, pola itu diambil karena kita belum sumpah pemuda. Kita punya pemerintah berdaulat seharusnya melakukan perlawanan virus ini bukan daerah per daerah.

Mencegah atau Mengobati

Kalau melihat perkembangan virus ini maka pemerintah tidak cukup hanya menghimbau saja. Himbauan bagi masyarakat Indonesia rata rata " cerdas" tidak berlaku karena mereka belum pernah atau setidak tidaknya dia atau keluarganya belum terkena.

Perlu ada pendekatan tersendiri atau memberikan contoh langsung seperti Puskesmas di Kertosono Nganjuk melaksanakan senam jam 10.00 WIB dilihat oleh masyarakat. Senam jam segitu menurut kebiasaan tidak masuk akal lebih lebih dilakukan di halaman Puskesmas. Senam biasa dilakukan sebelum matahari bersinar terang jam 5.30 WIB sampai jam 07.00 WIB.

Tujuan senam bagi mereka di ikuti seluruh karyawan dan dokter selain menjaga kondisi tubuh mereka sendiri juga melakukan edukasi terhadap masyarakat. Mereka tidak hanya menghimbau tapi juga melakukan kegiatan sama.

Hal ini perlu dikembangkan di daerah daerah lainnya bahwa senam di siang hari perlu untuk menambah kalori. Dengan adanya kalori bertambah maka pembakaran tubuh akan semakin meningkat dan virus akan mati. Mencegah lebih baik, murah dari pada Mengobati.

Pedagang saya lihat masih enjoy saja dengan barang dagangannya seolah kabar virus corona kabar basi tak perlu ditanggapi serius. Orang pergi lalu lalang sambil menyapa bersalaman masih terlihat.

Kabar di luar yang menggelora di tayangkan televisi di anggap hiburan saja. Kegiatan ekonomi memang agak  lesu dibandingkan hari sebelum maraknya virus corona. Ekonomi tak pasti apalagi pendidikan tak pasti semua serba tak pasti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun