Mohon tunggu...
Muchammad Akbar Kurniawan
Muchammad Akbar Kurniawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Hi...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menguak Akar Masalah Rendahnya Minat Baca di Indonesia

28 November 2023   21:18 Diperbarui: 28 November 2023   21:45 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: biMBA - AIUEO

Permasalahan literasi merupakan salah satu permasalahan yang perlu mendapat perhatian khusus dari masyarakat Indonesia. Memang dalam beberapa dekade terakhir, daya saing nasional Indonesia dibandingkan negara lain cenderung kurang kompetitif. Indonesia saat ini sedang mengalami krisis literasi budaya.

Berdasarkan Penelitian yang ada, Indonesia berada dalam kategori rendah dalam penelitian lembaga survei internasional tentang literasi. Pada tahun 2011, Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) dilakukan di 45 negara maju dan berkembang yang melakukan penelitian tentang kemampuan membaca anak-anak kelas IV sekolah dasar di seluruh dunia. Penelitian ini menempatkan Indonesia di peringkat 42 dari 45 negara yang disurvei oleh International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) (Driana, 2012).

Sementara Indonesia berada di peringkat 64 dari 72 negara dalam PISA 2015. Fakta ini juga didukung oleh survei tiga tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) tentang minat anak-anak Indonesia dalam membaca dan menonton. Survei terakhir yang dilakukan pada tahun 2012 menemukan bahwa hanya 17,66 persen anak-anak Indonesia memiliki minat membaca, sedangkan 91,67 persen memiliki minat menonton (Femina, 2017 dalam Rahman, 2017: 2). Selain itu, masyarakat masih menganggap membaca sebagai cara untuk menghabiskan waktu, bukan untuk mengisi waktu dengan sengaja. Artinya, membaca bukan kebiasaan (habbit). Sebaliknya, itu hanyalah kegiatan "iseng" (Rahman, 2017: 4).

Ada sejumlah faktor yang bertanggung jawab atas rendahnya kemampuan literasi pada anak usia pertengahan. Pertama, keadaan sosial ekonomi keluarga berdampak pada pendidikan orang tua dan penghasilan mereka. Spencer J. Elizabeth et al. (2012: 196) menemukan bahwa anak-anak dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah memiliki kemampuan berbahasa lisan yang lebih rendah dan perkembangan bahasa yang lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak dari kondisi sosial ekonomi menengah dan tinggi; Taylor, Nicole A. (2011: 8), menemukan bahwa anak-anak yang berasal dari orang tua yang berpendidikan rendah memiliki kemungkinan lebih besar untuk gagal dalam kemampuan membaca dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari orang tua berpendidikan tinggi.

Kedua, Pada usia dini, bimbingan belajar dan komunikasi sangat memengaruhi kemampuan berbahasa dan literasi anak. Pengalaman baca tulis lisan atau tulisan di usia dini, seperti membaca cerita, bercerita berdasarkan gambar, menulis hurufhuruf atau kata-kata sederhana, dan menggambar, dilakukan oleh orang dewasa, meningkatkan interaksi yang signifikan dengan bahasa lisan dan tertulis dan akan berdampak pada perkembangan literasi siswa. Menurut Whitehurst G. dan Lonigan C. (1998), literasi yang terkait dengan lingkungan rumah, yang mencakup penggunaan bahasa, kegiatan sehari-hari, dan penggunaan hadiah dan hukuman oleh orang tua, dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan prestasi siswa di masa depan. Oleh karena itu, bimbingan belajar pada usia dini dan komunikasi merupakan komponen penting dalam pengembangan literasi seorang anak.

Ketiga, kemampuan literasi anak dibantu oleh komunikasi dan bimbingan belajar orang tua. Penelitian menemukan bahwa orang tua siswa jarang membantu mereka belajar, bahwa ada fasilitas belajar tetapi tidak mencukupi, dan bahwa orang tua jarang mendampingi anak mereka menonton televisi. Hasil ini dianggap sebagai faktor yang memengaruhi tingkat kemampuan literasi siswa. Hal ini sejalan dengan temuan penelitian Martin, D. (2010) yang menunjukkan bahwa siswa yang memiliki tingkat literasi yang baik adalah siswa yang memiliki orangtua atau keluarga yang peduli dan memiliki waktu untuk membantu anak mereka membaca.

Keempat, rumahnya tidak memiliki banyak buku bacaan. Oleh karena itu, siswa hanya membaca buku pelajaran. Menurut Taylor, Nicole A. (2011: 2) dan Swan, Deanne W. (2010: 106), peran orang tua sangat penting untuk perkembangan literasi awal. Melalui penyediaan buku-buku bacaan, berbicara dengan anak tentang isi buku bacaan, dan berbicara secara lisan, orang tua dapat membuat lingkungan rumah yang mendukung perkembangan literasi awal anak. Ini akan membantu anak-anak membangun perbendaharaan kata mereka, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk membaca dan menulis.

Diharapkan bahwa dengan menjelaskan faktor penyebab kemampuan literasi siswa ini, akan ada alternatif cara untuk mengembangkan kebijakan pembelajaran khusus dan, secara umum, kebijakan pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa di masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun