Mohon tunggu...
Muchammad Akbar Kurniawan
Muchammad Akbar Kurniawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Hi...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Taraf Kesejahteraan dan Kesehatan Cerminan Pendidikan Maju

21 November 2023   09:45 Diperbarui: 21 November 2023   09:53 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: FKIP UMSU

Pendidikan anak usia dini saat ini menarik perhatian banyak orang. Indonesia telah melakukan banyak hal untuk meningkatkan pendidikan anak usia dini. Namun demikian, banyak masalah masih ada dalam pendidikan anak usia dini. Semua masalah ini saling terkait dan sangat kompleks.

Menurut Suyanto (2005), beberapa masalah tersebut antara lain berkaitan dengan (1) perekonomian yang buruk, (2) kualitas asuhan yang buruk, (3) program intervensi orang tua yang buruk, (4) kualitas PAUD yang buruk, (5) kuantitas PAUD yang kurang, dan (6) kualitas pendidik PAUD yang buruk. Selain itu, penulis percaya bahwa masalah yang paling penting adalah masalah (7) undang-undang atau kebijakan pemerintah yang mengatur PAUD.

Pertama, banyak orang di Indonesia masih hidup dalam taraf kemiskinan. Lebih dari 32,7 persen rakyat Indonesia miskin pada tahun 2009, dan lebih dari 32,7 persen anak usia dini hidup dalam keluarga miskin, menurut data BPS, yang banyak dilansir oleh media. Orang tua si anak tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak dalam kondisi ekonomi yang begitu sulit. Selain itu, banyak anak usia dini yang seharusnya mendapatkan bantuan untuk mengembangkan potensinya, harus mencari uang untuk hidup. Misalnya, anak-anak usia dini sering dilihat bekerja sebagai pengemis, pemulung, dan profesi lainnya di kota-kota besar. Dengan demikian, anak-anak tidak menerima pelayanan pendidikan yang layak karena mereka tidak memiliki biaya. Akibatnya, mereka akhirnya sibuk mencari uang untuk membantu ekonomi keluarga mereka.

Kedua, banyak anak usia dini yang tidak dapat mengonsumsi susu, yang sangat penting untuk pertumbuhan mereka. Anak hanya meminum susu ibunya, mungkin hanya selama satu tahun karena banyak anak usia satu tahun memiliki saudara perempuan. Karena asupan gizi yang kurang dari ibu sendiri, kualitas ASI juga mungkin sangat rendah. Selain itu, makanannya tidak memenuhi kebutuhan nutrisinya setiap hari. Hal ini dapat berdampak pada kemampuan genetiknya. Anak tidak dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang ideal. Pertumbuhan dan kecer-dasan tubuh anak terhambat. Dengan banyak generasi yang akan datang yang akan hidup di bawah kondisi seperti ini, kita tidak dapat membayangkan bagaimana negara ini akan hancur. Anda-kinkinkan,-kinkinkan.lahnya paranya Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anak, populasi miskin harus segera dikurangi.

Selanjutnya, tidak ada program intervensi yang cukup untuk membantu keluarga yang memiliki anak usia dini. Kebutuhan mereka tidak dipenuhi oleh Program Pos Pelayanan Terpadu. Bahkan, program ini hampir tidak ada di beberapa tempat. Kehidupan Posyandu adalah "hidup enggan mati tak mau". Sebagai bukti, petugas kesehatan tidak mengidentifikasi banyak bayi yang kekurangan nutrisi. Tersiarkan di TV, orang tahu mereka ada. Memang, Posyandu saat ini tidak sesuai dengan tujuan program semula dalam praktiknya. 

Akhir-akhir ini, pengurus RW dan RT melakukan Posyandu di beberapa tempat tanpa didampingi oleh profesional kesehatan yang cukup. Tanpa mendapatkan bimbingan dan pelatihan yang memadai, kegiatan posyandu secara rutin hanya melakukan penimbangan balita. Mereka tidak menerima bantuan makanan pokok dan susu untuk anak-anak ketika anak-anak mengalami kekurangan gizi. Bantuan yang diberikan sangat terbatas sehingga tidak menjangkau semua orang miskin. Akibatnya, banyak ibu hamil yang kekurangan asupan makanan yang cukup, melakukan pemeriksaan dokter. 

Banyak ibu hamil tidak memiliki kemampuan untuk memeriksa kondisi kandungan mereka, yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin tidak optimal dan kurang terawat. Hal ini menyebabkan tingkat kematian ibu dan bayi yang sangat tinggi. Hal ini sangat berbeda dengan negara-negara maju di mana keluarga miskin tidak mampu mendapatkan gaji, bantuan makanan pokok, dan susu anak.

Selain itu, kurangnya PAUD yang dikelola oleh pemerintah adalah akibat dari persepsi yang salah tentang PAUD, seperti Taman Kanak-Kanak dan pendidikan anak usia dini lainnya. Sebagian orang percaya bahwa pendidikan anak usia dini dan prasekolah adalah bagian dari pendidikan prasekolah dan tidak wajib bagi anak-anak. Mereka juga percaya bahwa pendidikan anak usia dini tidak wajib dan tidak perlu dikembangkan sebanding dengan pendidikan dasar dan menengah. Sebaliknya, negara maju seperti Amerika Serikat sangat memperhatikan pendidikan anak usia dini. Hal ini disebabkan fakta bahwa mereka benar-benar menyadari bahwa anak-anak usia 0-8 tahun, bahkan 0-5 tahun, adalah usia emas---atau "usia emas"---yang sangat penting untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki anak tersebut. Oleh karena itu, jika pemerintah ingin menghasilkan generasi yang unggul, persepsi mereka tentang anak usia dini harus segera diubah, terutama oleh pemerintah. Selain itu, jumlah lembaga yang menyelenggarakan PAUD, terutama di daerah pedesaan, harus meningkat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun