Mohon tunggu...
Muchammad Akbar Kurniawan
Muchammad Akbar Kurniawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Hi...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontribusi Teori Gagne dalam Pembelajaran

6 November 2023   21:54 Diperbarui: 6 November 2023   21:57 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: LP2M UMA - Universitas Medan Area

Setiap teori belajar memiliki fokus tertentu. Misalnya, teori tertentu lebih mementingkan proses belajar, teori lain yang peduli dengan hasil belajar, ada yang menekankan konten atau apa dipelajari, ada yang lebih peduli sistem data yang diproses selama proses pembelajaran, dan ada yang memberi perhatian khusus pada membuat atau membangun (meningkatkan) pengetahuan, keyakinan atau keterampilan pribadi.

Teori Robert M. Gagne, juga dikenal sebagai model 9 peristiwa pembelajaran atau 9 peristiwa pembelajaran Gagne, adalah salah satu teori dan prinsip belajar yang penting untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam melaksanakan fungsinya, Pusat Sumber Belajar (PSB) menyediakan sumber-sumber belajar (learning resources) yang dapat dan harus digunakan oleh instruktur, pendidik, dan peserta didik. Sumber-sumber belajar ini termasuk materi pendidikan cetak dan non-cetak, serta sumber manusiawi yang diperlukan untuk mengembangkan sistem instruksional untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan.

Menurut Robert M. Gagne dalam bukunya yang berjudul The Conditioning of Learning, belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan manusia yang terjadi secara terus menerus setelah belajar, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan. Gagne percaya bahwa faktor dari luar diri dan faktor daur hidup memengaruhi belajar. Belajar adalah mekanisme di mana seseorang menjadi anggota masyarakat yang kompleks, menurut definisi Gagne (1972). Kapasitas terdiri dari kemampuan, pengetahuan, sikap (perilaku), dan nilai-nilai yang dibutuhkan manusia, sehingga belajar adalah hasil dari berbagai macam tingkah laku. (1) dorongan dan lingkungan, dan (2) proses kognitif, adalah sumber kemampuan siswa.

Gagne mengatakan bahwa pembelajaran harus dapat menghasilkan proses kognitif dan peristiwa belajar. Peristiwa pembelajaran didefinisikan sebagai peristiwa dalam urutan berikut: (1) menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap untuk pelajaran, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa memahami apa yang diharapkan dari pembelajaran tersebut, (3) mengingat kembali ide atau prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang diperlukan, (4) menyampaikan pelajaran, (5) memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, (6) menggerakkan siswa untuk unjuk kerja (merespon), (7) mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan tugas (penguatan), (8) mengevaluasi dan mengukur hasil belajar, dan (9) meningkatkan retensi dan transfer belajar (Miarso, 2004:245-246).

Salah satu konsekuensi dari gagasan tentang hirarki belajar dalam proses pembelajaran adalah kebutuhan untuk melakukan analisis instruksional. Analisis instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum untuk mendasi perilaku khusus secara sistematis dan logis. Dilihat dari susunan ini, kita dapat melihat perilaku mana yang paling dahulu, apakah itu sebagai perilaku prasyarat, gerak fisik atau proses mental. Dengan melakukan analisis instruksional akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang paling awal atau sederhana sampai dengan yang paling akhir atau komplek (Suparman, 2004:99).

Misalnya, Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang dilakukan secara prosedural atau hirarkis saat mengajar matematika: (1) belajar sinyal (learning signal), (2) belajar stimulus respons, (3) belajar merangkai tingkah laku, (4(belajar asosiasi verbal), (5) belajar diskriminasi, (6) belajar konsep (belajar konsep), (7) belajar aturan atau kadah (belajar aturan), dan (8) Belajar memecahkan masalah (belajar menyelesaikan masalah). Empat tipe belajar pertama dikenal sebagai tipe belajar sederhana (simple type of learning). Empat tipe belajar terakhir dikenal sebagai tipe belajar hipotetik deduktif (deductive hypothetic learning). (Hamzah B. Uno, 2007:131).

Kedelapan tipe belajar ini disusun berdasarkan hasil belajar, bukan proses belajar yang dilalui siswa untuk mencapai hasil tersebut. Gagne juga mencoba menempatkan tipe belajar dalam urutan hirarkis, artinya tipe belajar yang satu harus dipelajari terlebih dahulu sebelum siswa dapat menguasai tipe belajar berikutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun