Seringkali ketika seseorang melihat kecoa pasti akan merasakan "jijik" dan ketakutan. Padahal kecoa merupakan hewan yang sering membersihkan dirinya sendiri layaknya seperti kucing.Â
Namun, kenapa seseorang takut dengan kecoa?. Jawabannya adalah karena kecoa sering hinggap di tempat-tempat yang kotor seperti selokan, saluran air, kamar mandi, dan tempat kotor lainnya. Sehingga, ketika seseorang melihat kecoa pasti akan lari ketakutan.Â
Hal tersebut diakibatkan oleh kebiasaan seseorang melihat kecoa ditempat yang kotor. Coba saja jika kecoa hinggap di tempat yang bersih, pasti kecoa tidak ditakuti oleh banyak kalangan. Karena ketakutan tersebut merupakan kebiasaan atau behaviroisme. Memang apa sih behaviorisme itu?
Behaviorisme adalah salah satu dari banyak pandangan psikologi tentang manusia yang dapat menjelaskan perilaku manusia (Abidin, 2023). Pandangan ini mengakui betapa pentingnya memasukkan atau menyampaikan input, yang merupakan stimulus, dan keluaran, yang merupakan respon.Â
Behavioris mempelajari bagaimana tingkah laku sesuai berhubungan dengan hubungan antara stimulus dan respons yang biasa diamati. Behaviorisme juga menyelidiki hubungan yang tidak terkait dengan kesadaran maupun konstruksimental. Behavioris menganggap belajar sebagai perubahan tingkah laku. Belajar adalah hasil dari hubungan yang ada antara stimulus dan respons (Abidin, 2023).Â
Menurut behavioris, jika seseorang mengubah sikapnya, dia sudah belajar. Input, yaitu stimulus, dan hasil, yaitu respons, merupakan komponen penting dari belajar. Sementara stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada siswa, respons siswa adalah hasil dari stimulus tersebut (Irwan, 2016).
Salah satu tokoh terkenal yang mencetuskan teori behavioristik adalah ilmuwan asal rusia yang bernama Ivan P. Pavlov (1849-1936). Beliau merupakan pencetus teori behaviorstik yang bernama Teori Pengkondisian Klasik (Sarnoto, 2011). Ivan Pavlov pertama kali menemukan kondisi klasik ini ketika dia meneliti proses produksi air liur pada anjing.Â
Pavlov menemukan bahwa anjing tersebut tidak hanya menanggapi rasa lapar sebagai kebutuhan biologis, tetapi juga melalui proses belajar yang disebut pengondisian klasik (Rafki Nasuha Ismail, 2019).Â
Dalam ilmu psikologi, pengondisian klasik digunakan sebagai terapi untuk mengubah perilaku individu. Teori Pengkondisan klasik merupakan Stimulus netral dapat menghasilkan respon baru ketika dikombinasikan dengan stimulus yang biasanya mengikuti respon tersebut dalam proses belajar.