Mohon tunggu...
Muchammad Yani
Muchammad Yani Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

hanya ingin sesuatu yang terbaik untuk indonesia tercinta

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

“Banjir Jakarta” Mungkinkah Konspirasi atau Cobaan untuk Jokohok?

6 Februari 2014   16:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:06 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selain terkenal dengan ibukota Negara yang kita cintai ini, Jakarta juga terkenal dengan kota yang sering terdapat banjir dimana-mana. Sejak berpuluh-puluh tahun lamanya Jakarta tidak pernah lepas dari masalah yang mengakar ini.

Banyak pemimpin-pemimpin Jakarta sejak dahulu kala sampai sekarang berusaha untuk mengentaskan banjir yang membuat perekonomian di Jakarta mati. Akan tetapi tidak ada satu super heropun yang mampu menanganinya.

Saat ini adalah masa kepemimpinan Jokowi-Ahok. Selama 1,5 tahun sudah mereka menjabat sebagai orang nomor 1 di DKI Jakarta ini. Akan tetapi dirasa (mungkin bukan saya saja yang merasa) banjir yang terjadi dirasa semakin menjadi-jadi. Banjir paling parah terjadi selang beberapa waktu setelah tahun baru 2013.

Banjir yang hampir menggenangi seluruh wilayah Jakarta ini bahkan membuat benar-benar mati perekonomian. Bundaran HI seperti lautan cokelat ditengah-tengah keterpurukan Jakarta.

Nah, sekarang kenapa itu bisa terjadi? Padahal saya rasa (mungkin bukan saya saja yang merasa) mereka telah mati-matian membenahi kesemerawutan Jakarta.

Tanggapan positif selalu berdatangan untuk terus mendukung Jokowi-Ahok. Mungkin karena karakter jokowi yang selalu merakyat dan Ahok yang bersikap tegas itulah masyarakan Jakarta khususnya dan masyarakan Indonesia umumnya selalu mendukung.

Akan tetapi ada juga yang menghujat Jokowi-Ahok dengan segala cara yang biasa disebut “haters Jokowi” atau “Pasukan Nasi Bungkus”. Saya sering membaca berita dikompas.com, okezone.com dll selalu ada saja yang menghujat mereka.

Kembali kemasalah banjir Jakarta. Berbagai cara mereka lakukan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi dampak banjir. Mulai dari membuat waduk disana-sini, memindahkan penduduk yang tinggal dibantaran kali ke Rusunawa hingga membuat kesepakatan dengan pimpinan daerah tetangga.

Menurut saya, Jokowi-Ahok tidak ada yang salah dengan kebijakan-kebijakan yang dilakukan. Bahkan mereka mengatasi banjir langsung ke akarnya. Bahkan selama yang saya tahu merekalah yang membuat terobosan-terobosan baru yang bias dibilang hamper bahkan tidak pernah dilakukan pemimpin-pemimpin sebelumnya.

Tapi memang mungkin nasib mereka, semakin mereka berusaha semakin bertambah cobaan yang datang. Dan menurut saya yang paling aneh adalah mengenai banjir yang saat ini sedang saya bahas.

Banjir menjadi sasaran empuk bagi lawan politik mereka. Karena kesengsaraan banjir langsung dirasakan masyarakat baik kelas atas, menengah hingga bawah. Seperti apa yang di beritakan oleh kompas.com kemarin. Berita yang berjudul “Ketika PNS Kesal kepada Jokowi karena Banjir” itu membahas keluhan PNS Jakarta yang terkena dampak banjir saat masuk kerja.

Ada satu pernyataan yang saya ambil "Harapannya Pak Gubernur Jokowi jangan cuma pencitraan doang, buktikan bisa mengatasi banjir. Kalau cuma bilang penyelesaian banjir itu butuh waktu, semua juga bisa ngomong begitu. Enggak ada bedanya sama pemimpin yang lain," kata PNS tersebut.

Aneh memang, ketika Jokowi-Ahok terus menerus mengatsi banjir ada satu statemen yang dilontarkan anak buahnya ini.

Karena jika kita runut permasalahan banjir Jakarta, kita bias ambil kesimpulan bahwa 20 tahunpun mungkin tidak akan cukup untuk menghilangkan benar-benar permasalahan ini.

Kali-kali besar yang semakin tahun semakin menyempit akibat sampah yang menumpuk dan pemukiman liar, drainase yang sejak sebelum Jokowi-Ahok sudah semerawut hingga waduk yang disana sini rusak. Belum lagi air dari laut yang sering kali datang ke daratan untuk berkunjung.

Saya bukan penggemar politik. Akan tetapi saya melihat secara obyektif apa yang dilakukan para pelaku-pelaku politik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun