Mohon tunggu...
Muchamad Samiel Maarif
Muchamad Samiel Maarif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Dakwah Wali Songo pada Implementasi Komunikasi terhadap Masyarakat Jawa

30 Agustus 2023   20:37 Diperbarui: 30 Agustus 2023   20:37 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejarah telah merekam bahwa peran yang sangat besar pada ulama dalam mengemban dakwah di Nusantara, sehingga Islam telah menjadi agam yang mayoritas di kalangan Indonesia. Salah satu topik yang sangat menarik untuk di kupas dalam mgnislamkan masyarakat Indonesia adalah tindak tanduk dakwah para Wali Songo dalam menjalankan amanahnya di tanah Jawa, mereka semua adalah Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Gunung Jati, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Kali Jaga, dan Sunan Bonang.

Para Wali Songo di percaya sebagai peletak batu pertama dalam Islam yang ada di tanah Jawa. Peta para Wali Songo dalam berdakwah di tanah Jawa memang merupakan sebuah fakta sejarah yang tidak bisa di bantah, mereka adalah orang-orang yang masyhur sebagai juru syiar sebuah kebenaran dan pekerja giat dalam menggembleng masyarakat awam, baik lahir maupun batik, di semua lapisan sosial dari kelas orang awam hingga pada punggawa dan pembesar negri. Di samping tetap menjaga keutuhan budaya dan ajaran Islam murni, mereka juga tidak tanggung-tanggung dalam memberantas sebuah kebiasaan dan kepercayaan yang berbau kemusyrikan, lalu di giring kembali ke dalam ketauhidan sejati.

Sejarah suksesnya dakwah Wali Songo tersebut tidak terlepas dari sebuah strategi dan metode dakwah yang dipergunakan dalam aktivitas dakwahnya. Selain strategi dakwah mereka juga telah merumuskan garis-garis besar sebuah perjuangan dakwah yang harus dilakukan secara teknis, para Wali juga dibekali kemampuan teknis metode dakwah dilapangan.

Walisongo ketika dilihat dari sebuah pengertian etimologi itu dua makna kata yakni Wali dan songo. Wali adalah kata yang diambil dari bahasa arab yang mempunyai arti kerabat ataupun dekat, sedangkan kata songo adalah nama lain dari kata sembilan yang diambil dari bahasa jawa. Kata wali juga memiliki pengertian secara istilah adalah sebuah sebutan bagi orang yang menyebarkan agama islam, yang di anggap oleh masyarakat sekitar sebagai orang yang paling keramat, karena sebutan walisongo telah dipercayai sebagai kekasih dari Allah (Seseorang yang memiliki hubungan dekat dengan Allah Swt), orang yang dianugrahi suatu kekuatan batiniyah, ilmu-ilmunya yang memiliki derajat yang tinggi, sakti dan berwibawah.

Pemetaan Wilayah Kekuasaan Dakwah

Wilayah kekuasaan dakwah para Wali Songo telah dipetakan ditempat yang sangat setrategis dalam menyebarkan Islam, para Wali memilih tempat-tempat kecil yang berada didaerah pedalaman dan juga tempat pesisir di pinggiran kota. Mereka tidak memilih tempat- tempat yang ramai seperti pertengahan kota sebagai wilayah dakwah mereka, mungkin hanya Wali yang memiliki pengaruh yang sangat luar biasa yang mampu memilih tempat seperti itu untuk dijadikan wilayah dakwah mereka, seperti halnya Sunan Bonang yang lokasi dakwah ditengah kota tuban dan juga Sunan Giri yang berlokasi di tengah-tengah kota Gresik.

Pemetaan wilayah tersebut menyesuaikan dengan sistem atau struktur politik pada saat itu, karena sebab adanya suatu pengusa di tempat tersebut maka akan ada sebutan yang lazim yaitu Kyai Ageng. Mereka adalah tuan bangsawan yang mandiri, dan jikalau harus tunduk dengan kekuasaan para raja yang telah berdaulat didaerah tertentu, maka mereka telah berkedudukan sebagai seorang penguasa.

Meski hidupnya para Wali Songo tidak satu zaman, mereka tidak sembarangan dalam menentukan pilihan wilayah dakwah. Menentukan wilayah dakwahnya para Wali Songo mempertimbangkan dengan strategi dengan menyesuaikan kondisi zaman pada saat itu, yang mana masyarakat sekitar mampu menerima apa yang disampaikan mereka. Jika dilihat-lihat kesembilan wali tersebut dalam membagi wailayah dakwahnya ternyata sudah meyiapkan pertimbangan yang sangat mapan. Dalam pembagian wilayah dakwah para Wali Songo membagi dengan formasi, di Jawa Timur terdapat lima wali, tiga wali lainnya berada di Jawa Tengah, dan hanya satu Wali berada di Jawa Barat.

Pulau Jawa yang menjadi perhatian besar oleh para Wali adalah Jawa Timur, ada lima wali yang bertempat di Jawa Timur yang masing-masing memiliki teritorial yang berbeda. Syaikh Maulana Malik Ibrahim adalah wali perintis yang telah mengambil wilayah dakwah didaerah Gresik. Kemudian ketika Syaikh Maulana Malik Ibrahim telah meninggal dunia, wilayah dakwah yang ada di Gresik diteruskan oleh Sunan Giri. Sunan Ampel yang memilih wilayah dakwahnya di Surabaya. Kemudian Sunan Bonang yang ngambil posisi sedikit ke Utara kota Tuban. Kemudian Sunan Drajat di daerah sedayu.

Kemudian didaerah Jawa Tengah yang berposisi di Demak adalah wilayah yang telah diambil oleh Sunan Kudus dan Sunan Muria. Tujuan dakwah yang dilakukan oleh Wali yang ada di Jawa Tengah berbeda dengan di Jawa Timur. Pusat kekuasaan politik yang ada di Jawa Tengah adalah politik Hindhu dan Budha yang sudah tidak berperan lagi. Akan tetapi para Wali telah melihat budaya yang bersumber dari ajaran Hindhu dan Budha masih berpengaruh masyarakat pada saat itu.oleh sebab itu para Wali telah menggunakan wayang sebagai media berkomunikasi yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pola pikir masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, wayang telah dimodifikasi oleh para Wali, baik dari bentuk maupun isi kisahnya yang telah di Islamkan, Instrumen gong juga telah diubah, mungkin secara lahiriah tetap sama seperti biasa, akan tetapi secara makna telah di islamkan.

Prosesi pengislaman yang ada pada daerah Jawa Barat telah diatasi oleh satu orang Wali saja yaitu Syaikh Syarif Hidayatullah, setelah beliau wafat, beliau dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Tujuan dari dipilihnya kota Cirebon yang dijadikan pusat aktivitas dakwah dalam penyebaran Islam, masih berhubungan dengan jalan perdagangan rempah-rempah sebagai komodati yang berasal dari wilayah Indonesia Timur. Cirebon adalah pintu perdagangan yang telah mengarah kedaerah Jawa Tengah, Indonesia Bagian Barat sampai ke Indonesia bagian Timur. Oleh sebab itu pemilihan wilayah dakwah di daerah Cirebon memiliki pertimbangan sosial ekonomi dan politik saat itu, yang memiliki nilai geostrategis, geopolitik, dan juga geoekonomi yang menjadikan berhasilnya penyebaran Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun