Mohon tunggu...
Muchamad Iqbal Arief
Muchamad Iqbal Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Independent Content Writer

Halo, saya Iqbal Arief. Sebagai penulis aktif di Kompasiana, saya senang berbagi wawasan dan informasi menarik dengan para pembaca. Minat saya cukup luas, meliputi berbagai topik penting seperti marketing, finansial, prinsip hidup, dan bisnis. Melalui tulisan-tulisan saya, saya berharap dapat memberikan perspektif baru dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Anda. Mari bergabung dalam perjalanan intelektual saya di Kompasiana, di mana kita bisa bersama-sama menemukan inspirasi dan wawasan baru dalam berbagai aspek kehidupan dan karier. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Es Krim Tradisional di Tengah Gempuran Es Krim Kekinian

5 Agustus 2024   11:30 Diperbarui: 5 Agustus 2024   11:35 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto eskrim oleh wirestock

Siapa di antara kita yang tidak pernah merasakan manisnya es krim tradisional di masa kecil? Bagi banyak dari kita yang tumbuh di Indonesia, es puter dengan rasa kelapa yang legit atau es doger dengan tape ketan yang segar mungkin membawa kembali kenangan akan hari-hari yang sederhana namun penuh kebahagiaan. Tapi, mari kita jujur: di tengah maraknya es krim kekinian yang bertebaran di media sosial, apakah es krim tradisional ini masih punya tempat di hati kita?

Es Krim Kekinian: Tantangan Baru untuk Rasa Lama

Seiring waktu, dunia kuliner Indonesia berubah dengan cepat. Di setiap sudut kota, kita sekarang bisa menemukan es krim yang lebih mirip karya seni daripada makanan penutup. Gelato dengan tekstur lembut, es krim nitrogen yang berasap, hingga es krim dengan topping unik seperti boba dan mochi -- semua ini berhasil menarik perhatian kita, terutama di kalangan milenial dan Gen Z yang selalu mencari hal-hal baru.

Tapi bagaimana dengan es krim tradisional? Apakah ia masih relevan di zaman sekarang? Ini adalah pertanyaan yang patut kita renungkan, terutama jika kita melihat bahwa generasi muda lebih tertarik pada hal-hal yang mereka anggap "instagrammable" dan unik.

Apakah Rasa dan Kenangan Masih Cukup?

Kita semua tahu bahwa es krim tradisional tidak hanya soal rasa. Ada nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap gigitan. Es puter yang kita beli dari pedagang keliling atau es goyang yang kita beli di depan sekolah, semuanya membawa cerita dan kenangan yang mungkin sulit dipahami oleh generasi yang lebih muda. Tapi, mari kita akui, rasa nostalgia saja mungkin tidak cukup untuk membuat es krim tradisional bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat.

Di era di mana segala sesuatu bisa diakses dengan mudah, apakah kita masih punya waktu untuk menghargai rasa autentik yang sederhana? Atau, apakah kita lebih tergoda oleh inovasi baru yang lebih menarik perhatian?

Inovasi atau Kehilangan Identitas?

Beberapa produsen es krim tradisional mulai mencoba beradaptasi dengan menambahkan sentuhan modern pada produk mereka. Kita mulai melihat es krim tradisional dengan varian rasa baru atau dengan kemasan yang lebih menarik. Tapi, tidak sedikit dari kita yang merasa bahwa langkah ini justru membuat es krim tradisional kehilangan jati dirinya. Ada perasaan bahwa sesuatu yang dulu kita kenal dan cintai berubah menjadi sesuatu yang berbeda.

Namun, di sisi lain, jika tidak ada inovasi, es krim tradisional berisiko menjadi sesuatu yang dilupakan. Ini adalah dilema yang harus dihadapi oleh para pelaku industri dan juga kita sebagai konsumen. Haruskah kita mempertahankan es krim tradisional apa adanya, ataukah kita membiarkannya berevolusi agar tetap relevan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun